Tuesday, March 6, 2012

Kisah Koperasi Langit Biru Dari Arisan Daging Hingga Penipuan Berkedok MLM

 Nasib memang tidak bisa diterka. Kemungkinan itu yang dirasakan Ustad Jaya Komara, pendiri Koperasi Langit Biru (KLB). Berawal dari arisan daging yang hanya melibatkan keluarga, tak dinyana kini bisa menjaring ribuan nasabah. 

"Awalnya hanya arisan daging sapi, karena adik saya 'pemain' daging sapi. Dia beli kaki sapi dan daging, lalu dipasok ke rumah makan," kata Kohar, kakak kandung Jaya Komara, ketika ditemui Tempo di Perumahan Bukit Cikasungka Blok ADF 13 Nomor 2, 3, 4, dan 5, Desa Cikasungka, Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang, Banten.

Melambungnya harga daging menjelang Lebaran mendorong Ustad Jaya berpikir bagaimana kalau dibuat arisan daging. Ia pun mengajak saudaranya mengikuti arisan daging dengan cara menyimpan uang. Dan pada Lebaran nanti, hasil uang yang terkumpul akan dibelanjakan untuk membeli daging.

“Tapi, belum sampai Lebaran, Ustad Jaya bisa membagikan daging sapi dari keuntungan pembelian daging yang diputar dan dikembalikan kepada peserta arisan,” ucap Kohar.

Melihat keuntungan yang besar, banyak saudara Ustad Jaya yang tertarik dan ingin bergabung. Warga pun latah, sehingga nasabah semakin banyak dan kini mencapai 110 ribu anggota. 

Sekretaris KLB Asrori menuturkan, karena keuntungan koperasi yang semakin melimpah, akhirnya pengurus tidak hanya memberikan daging. Mereka yang ikut penyertaan modal di atas 20-100 kilogram akan mendapat bonus. Caranya, anggota menyerahkan fotokopi KTP, KK, foto diri, dan klasifikasi paket. 

Misalnya, jika anggota koperasi memilih paket 100 kilogram daging, ia harus menyerahkan uang sebesar Rp 7,5 juta. Pengurus koperasi akan membagikan bonus setiap bulan senilai Rp 1,7 juta dalam bentuk tunai dan bahan kebutuhan pokok berisi beras, sarden, dan bawang merah-putih senilai Rp 350 ribu.

Dalam kurun dua tahun, ia dijanjikan akan mendapat bonus hingga akhir masa perjanjian yang besarnya mencapai Rp 100 juta. Anggota koperasi akan ditawarkan alternatif, apakah dalam bentuk tunai atau untuk biaya perjalanan haji. 

Usahanya mengalami perkembangan pesat. Belum genap setahun, koperasi simpan-pinjam ini sudah mampu melebarkan usaha, antara lain mendirikan pabrik minyak goreng merek A-Tin (PT Andalusia) yang berlokasi di Tulungagung dan tambang pasir besi di Cilacap seluas 40 hektare. 

Kemudian membangun pabrik air mineral bermerek Salfa. Selain itu, ada aset lain berupa lima gudang untuk bahan kebutuhan pokok, gedung, dan mendirikan Indo Jaya Komara, yang melayani kesehatan dan kesejahteraan anggota. "Ini semacam asuransi jiwa, yang sakit kami bantu," katanya.

Baru-baru ini, KLB bekerja sama dengan para petani plasma di Padang dan memproduksi 10 ton minyak sawit. “Seluruh pencapaian usaha itu dikembalikan kepada anggota, di antaranya dalam bentuk bonus dan bahan pokok,” ucapnya.


Kasus penggelapan dana bermotif multi level marketing (MLM) kembali mencuat. Kali ini, Koperasi Langit Biru pelakunya. Modusnya berupa investasi daging dalam berbagai paket, mulai Rp 385 ribu hingga Rp 14 juta dengan bonus hingga 259 persen per bulan. Banyak akal bulus Koperasi Langit Biru untuk menjerat nasabahnya. Salah satunya dengan brosur pengentasan kemiskinan warga muslim. "Mereka mengajak investasi untuk membantu pengentasan kemiskinan warga muslim," ujar Rochadi, 47 tahun, salah satu nasabah koperasi asal Cikupa, Tangerang, kepadaTempo, Selasa, 21 Februari 2012.

Brosur koperasi yang dibagikan menjadi umpan pertama koperasi untuk menjerat nasabah. Setelah membaca brosur tersebut, Rochadi pun ikut bergabung karena ajakan sang istri. "Bagaimana tidak percaya karena tertulis di brosurnya untuk pengentasan kemiskinan warga muslim," ujarnya.

Iswadi, warga Cikupa yang lain, menambahkan dalam satu tahun terakhir, brosur investasi yang dilakukan koperasi cukup berhasil. Banyak warga Cikupa yang bergabung menjadi nasabah. "Bahkan, ada yang sampai jual mobil, tanah segala," katanya.

Namun, seiring dengan mencuatnya persoalan koperasi, banyak warga yang kemudian mengeluh. "Kemarin sempat ada warga curhat, bingung soal uangnya di koperasi," ujar pedagang warung nasi Padang ini.

Masalah muncul ketika pembayaran profit mulai seret dan sejumlah pihak mengadukan ke kepolisian. Duit ratusan miliar dari ratusan ribu nasabah hingga kini tidak jelas kemana rimbanya. Mulai pertengahan bulan ini, kepolisian menggandeng Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mulai menyelidiki kasus penggelapan dana investor yang diduga dilakukan oleh oleh Koperasi Langit Biru.


Kepala Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Nurhaida telah meminta Kepolisian mengusut kasus penggelapan dana masyarakat yang dilakukan Koperasi Langit Biru (KLB) di Tangerang. "Sudah ditangani dan saya minta Bareskim (Badan Reserse Kriminal) ikut menangani ini," ucapnya di kantornya, Rabu 22 Februari 2012.

Menurut Nurhaida, sistem arisan daging bermotif multilevel marketing (MLM) yang dijalankan Koperasi Langit Biru melanggar peraturan. "Itu investasi ilegal," katanya. 

Bapepam LK membentuk Tim Satuan Tugas Investigasi Dana Ilegal untuk mengusut dugaan penggelapan dana itu. Nurhaida mengatakan tim tersebut sudah bekerja dan mulai memanggil para pengurus Koperasi Langit Biru.

Juru bicara Kepolisian Daerah Metro Jaya, Komisaris Besar Rikwanto, saat dimintai konfirmasi mengaku belum menerima laporan kasus tersebut. "Laporan kasus ini belum kami terima," ujarnya.

Modus operasi yang dilakukan KLB dalam menjerat nasabahnya adalah dengan mengiming-imingkan imbalan yang besar. Koperasi ini menawarkan paket investasi dari Rp 385 ribu hingga Rp 14 juta dengan bonus hingga 259 persen per bulan. Masalah muncul ketika pembayaran profit mulai seret.

Sebenarnya warga sudah mengendus ada yang tak beres dengan tawaran bonus yang sangat besar, seperti dituturkan Rochadi, nasabah asal Cikupa, Tangerang. “Sejak awal saya sudah kaget, kok besar sekali hasilnya,” katanya.

Dalam dua bulan pertama, dari Rp 5 juta yang diinvestasikan, Rochadi mengaku sudah mendapatkan Rp 1.950.000 atau Rp 975 ribu per bulan. Lima bulan berikutnya, koperasi memberi bonus Rp 650 ribu per bulan. "Bagi saya itu sangat besar dan membantu sekali," ucap sopir perusahaan Stanley yang sudah 7 bulan menjadi nasabah.

Salah satu yang membuat Rochadi berani berinvestasi hingga Rp 5 juta adalah jaminan keamanan investasi. Hingga 3 Februari lalu, ia mengakui masih menerima bonus dari koperasi. Persoalan mulai muncul ketika ia mendapat informasi koperasi tidak bisa memberikan bonus hingga dua bulan mendatang dengan alasan dananya dibawa kabur karyawan. 

Rochadi dan nasabah lain mulai resah dengan nasib uang mereka. "Kemarin sempat ada warga yang 'curhat', bingung soal uangnya di koperasi," ucapnya.

1 comment: