Ketua Umum Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa mengatakan kaum perempuan paling merasakan dampak kenaikan harga bahan bakar minyak karena setiap hari mereka bersentuhan langsung dengan kebutuhan rumah tangga.
"Ibu-ibu akan sangat merasakan dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Ibu-ibu lah yang setiap hari mengatur keuangan keluarga," kata Khofifah di Pusdiklat Muslimat NU Pondok Cabe, Jakarta Selatan, Minggu.
Menurutnya, kenaikan harga BBM dipastikan akan berpengaruh pada harga sembako yang merupakan kebutuhan harian masyarakat. Sementara daya beli masyarakat belum tentu naik, bahkan menurun.
"Kalau sembako naik, belum tentu uang belanja dari suami naik. Apa mungkin bikin kopi tanpa gula?" kata Khofifah.
Lebih lanjut ia mengatakan, kenaikan harga BBM mulai 1 April dilakukan karena seolah-olah pemerintah tidak mempunyai opsi lain. Padahal, jika pemerintah mau serius, masih ada opsi yang bisa ditempuh agar harga BBM tidak terus naik.
"Kesimpulannya, manajemen energi Indonesia memang butuh banyak pembenahan," katanya.
Dikatakannya, opsi yang seharusnya dilakukan pemerintah sejak dulu adalah mengolah sendiri minyak hasil dalam negeri, terutama untuk minyak tanah dan premium.
"Sudah saatnya mengolah minyak tanah sendiri. Indonesia harus punya banyak mesin pengolahan minyak. APBN kita yang sebesar Rp1.435 triliun cukup untuk itu. Ini untuk kepentingan jangka panjang," katanya.
Selain itu, kata Khofifah, sudah saatnya transaksi hasil minyak Indonesia dilakukan di dalam negeri, tidak lagi di Singapura. Langkah-langkah efesiensi dalam manajemen energi juga perlu dilakukan, sehingga kalaupun harga naik tidak terlalu tinggi.
"Karena transaksinya di Singapura, barang itu dari Indonesia lari ke Singapura lalu balik lagi ke Indonesia. Kenapa tidak transaksi di Indonesia saja, agar Indonesia `bargain` dengan importir," katanya.
No comments:
Post a Comment