PT PLN menargetkan pada 2022 seluruh pelosok tanah air, termasuk daerah pedalaman, wilayah terpencil, bahkan pulau-pulau terluar, telah teraliri listrik. Dua tantangan menghadang.
"(Namun), untuk mencapai target itu setiap tahun perlu tambahan pembangkit 5.700 mega Watt," ungkap Manajer Senior Komunikasi Korporat PLN, Bambang Dwiyanto, ketika ditemui di Kantor Pusat PLN, Jakarta, Jumat (11/4/2014).
Ada dua tantangan yang harus dihadapi PLN. "Pertama, kondisi geografis Indonesia yang berpulau. Mau menanam tiang saja susah. Jalan setapak tidak ada," kata Bambang. Kesulitan ini tak hanya dijumpai di luar Pula Jawa, kata Bambang, sembari menyebutkan di Pacitan di Jawa Timur masih ada satu atau dua rumah saja berlokasi di balik sebuah bukit.
"Kedua, soal pendanaan. Perlu tambahan 5.700 MW, itu berapa dana. Belum jaringan transmisi, belum gardu. Untuk mencapai target 2022, perlu dana Rp 70-80 triliun per tahun, untuk investasinya saja. Kalau operasinya Rp 230 miliar per tahun," sebut dia.
Ada dua tantangan yang harus dihadapi PLN. "Pertama, kondisi geografis Indonesia yang berpulau. Mau menanam tiang saja susah. Jalan setapak tidak ada," kata Bambang. Kesulitan ini tak hanya dijumpai di luar Pula Jawa, kata Bambang, sembari menyebutkan di Pacitan di Jawa Timur masih ada satu atau dua rumah saja berlokasi di balik sebuah bukit.
"Kedua, soal pendanaan. Perlu tambahan 5.700 MW, itu berapa dana. Belum jaringan transmisi, belum gardu. Untuk mencapai target 2022, perlu dana Rp 70-80 triliun per tahun, untuk investasinya saja. Kalau operasinya Rp 230 miliar per tahun," sebut dia.
Kondisi sekarang
Saat ini total kapasitas seluruh pembangkit listrik PLN mencapai 36.000 mega Watt. Itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik dari 54 juta pelanggan. Harga jual yang dipatok PLN sekarang adalah Rp 930 per kilo Watt per jam (KWH), sudah memasukkan subsidi ke dalamnya.
Bambang menyebutkan kebutuhan listrik nasional rata-rata tumbuh 9 hingga 10 persen per tahun. Khusus Pulau Jawa dan Bali yang mayoritas sudah mendapatkan aliran listrik, rata-rata pertumbuhan kebutuhan listriknya berkisara 7,5 persen. Sebaliknya, kawasan Indonesia Timur yang masih minim listrik, mencatatkan pertumbuhan kebutuhan hingga 15 persen.
"Tiga bulan pertama ini pertumbuhan kebutuhan listrik nasional 9 persen dibanding tiga bulan pertama 2013," sebut Bambang. Pada dua bulan pertama 2014, ujar dia, konsumsi listrik tercatat mencapai 32.000 giga Watt per jam (GWH), naik dibandingkan periode yang sama pada 2013 yang mencapai 29.500 GWH. Dia mengatakan konsumsi dua bulan dan tiga bulan tak terpaut jauh.
Bambang menyebutkan kebutuhan listrik nasional rata-rata tumbuh 9 hingga 10 persen per tahun. Khusus Pulau Jawa dan Bali yang mayoritas sudah mendapatkan aliran listrik, rata-rata pertumbuhan kebutuhan listriknya berkisara 7,5 persen. Sebaliknya, kawasan Indonesia Timur yang masih minim listrik, mencatatkan pertumbuhan kebutuhan hingga 15 persen.
"Tiga bulan pertama ini pertumbuhan kebutuhan listrik nasional 9 persen dibanding tiga bulan pertama 2013," sebut Bambang. Pada dua bulan pertama 2014, ujar dia, konsumsi listrik tercatat mencapai 32.000 giga Watt per jam (GWH), naik dibandingkan periode yang sama pada 2013 yang mencapai 29.500 GWH. Dia mengatakan konsumsi dua bulan dan tiga bulan tak terpaut jauh.
No comments:
Post a Comment