Thursday, June 23, 2016

Analisa Pengaruh Brexit Keluarnya Inggris Dari Uni Eropa Pada Nilai Tukar Rupiah

Inggris sedang menggelar pemungutan suara untuk memutuskan tetap atau keluar dari Uni Eropa. Isu yang dikenal dengan sebutan Britain Exit (Brexit) ini sedang dipantau seluruh dunia. Jika Inggris akhirnya memutuskan keluar dari UE, kondisi tersebut dinilai tidak berdampak besar pada perekonomian Indonesia, maupun nilai tukar rupiah.

"Apabila Inggris memutuskan keluar dari Uni Eropa, dampak bagi perekonomian Indonesia tidak terlalu besar," kata Iswardi Lingga, educator trading, di Surabaya, Kamis (23/6/2016). Iswardi yang sehari-hari sebagai Head Office Educator di perusahaan pialang berjangka Monex ini menerangkan, isu Brexit juga tidak terlalu berdampak pada nilai kurs rupiah.

"Kalau (rupiah) melemah sepertinya (peluangnya) kecil. Justru kurs rupiah akan cenderung meningkat atau minimal stagnan," terangnya. Informasi yang dihimpun, head to head perdagangan antara Indonesia dengan negara-negara Uni Eropa pada Januari-April 2016 yakni, nilai impor mencapai US% 3,59 milliar.

Sedangkan ekspor non migas ke Uni Eropa mencapai US$ 4,62 milliar. Nilai tersebut sekitar 11,33% dari total ekspor non migas Indonesia seluruh negara di belahan dunia ini. Pria yang sudah bergelut belasan tahun sebagi educator trading ini mengajak trader menjadikan isu Brexit ini sebagai peluang. Namun, secara pribadi, ia menginginkan Inggris tetap di Uni Eropa dan tidak menimbulkan gejolak.

"Tapi sebagai trader, kita harus mampu melihat peluang sekecil apapun dari suatu peristiwa. Yang bisa dimainkan di sini adalah pertukaran nilai kurs," jelasnya. Esok hari, rupiah bisa saja menjadi perkasa terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Begitu juga dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berpotensi menguat. Namun, bisa juga berakhir sebaliknya.

Ini sangat bergantung dengan keputusan, apakah Inggris akan keluar atau tetap berada di Uni Eropa. Peristiwa ini disebut dengan Brexit atau Britain Exit. Ekonom Kenta Institut Eric Sugandi menjelaskan, peristiwa ini memberikan pengaruh terhadap Indonesia, lewat jalur keuangan internasional, yaitu melalui pergerakan dana asing di bursa saham, nilai tukar, dan pasar obligasi.

"Jika Inggris keluar dari Uni Eropa, kita akan alami fenomena super dolar karena US$ akan menguat tajam terhadap British Poundsterling (GBP), EUR, dan banyak mata uang lainnya (termasuk rupiah)," ungkapnya. "Jika Inggris stay di Uni Eropa, maka ada sentimen positif bagi mata uang poundsterling dan euro dan mata uang negara-negara lainnya (termasuk rupiah)," jelas Eric.

Penguatan mata uang tersebut, termasuk rupiah, karena adanya sentimen positif. Dalam persepsi investor, terjadinya Brexit akan menimbulkan kekacauan pasar finansial. "Kalau no Brexit reaksinya positif karena kekacauan pasar finansial di Eropa bisa terelakkan. Kalau ada Brexit, stock market dan mata uang UK dan EU bisa terpukul," paparnya.

Lana Soelistianingsih, Analis Samuel Sekuritas memperkirakan terjadinya Brexit, maka IHSG bisa jatuh cukup dalam dan kemudian bergerak stagnan di level rendah, yakni 4.500. Sedangkan dolar AS di level Rp 13.800. "Tapi ini hanya bersifat sementara, Jumat panik, kemudian pekan depan beberapa hari kemudian reboundlagi dan ya pergerakannya akan stagnan pada level rendah," imbuh Lana.

"Kalau tidak terjadi Brexit, maka rupiah akan menguat sedikit dari yang sekarang. IHSG juga berada dalam tren positif," terangnya.Brexit atau Britain Exit adalah sebuah peristiwa di mana Britania Raya menggelar pemungutan suara untuk memutuskan Inggris keluar dari Uni Eropa atau tidak. Sehari menjelang keputusan tersebut, kalangan investor ternyata cukup was-was.

"Saya kira iya karena kita cukup mewaspadai dan memperhatikan polling di sana," kata Lana Soelistianingsih, Analis Samuel Sekuritas. Sejauh ini, investor berada dalam prediksi yang positif, yang berarti tidak ada perubahan pada struktur Uni Eropa, walaupun cukup ramai menjadi perbincangan banyak pihak.

"Potensi Brexit itu di bawah, dibandingkan yang ingin itu terjadi," ujarnya. Kewaspadaan investor adalah bila ternyata tidak sesuai prediksi. Hal tersebut nantinya bisa menyebabkan kepanikan pada pasar keuangan, termasuk ke dalam negeri.

"Jangan sampai ada unexpected news. Kalau Brexit terjadi, maka pasar pada Jumat (besok) bisa panik," terang Lana. Hal senada juga diungkapkan Ekonom Kenta Institut Eric Sugandi. Investor masih memandang Brexit tidak akan terealisasi. "(Investor) lebih banyak ke tidak ada Brexit. Polling oleh banyak lembaga riset sebelum poll Brexit hari ini menunjukkan no Brexit masih unggul dari pada opsi Brexit," kata Eric.

No comments:

Post a Comment