Perusahaan tekstil, PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) menerbitkan surat utang global (global bond) senilai US$350 juta. Perseroan menyatakan global bond tersebut memperoleh kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 2 kali lipat.
Allan Moran Severino, Direktur Keuangan Sritex mengatakan perseroan menerbitkan obligasi global sebesar US$350 juta bunga 8,25 persen jatuh tempo 2021 yang ditawarkan kepada pelaku pasar internasional yang meliputi investor Amerika Serikat, Eropa dan Asia.
"Sritex mengurangi nilai penerbitan dari sebelumnya sebanyak-banyaknya US$420 juta menjadi US$350 juta dikarenakan hanya sebanyak US$180,7 juta pemegang obligasi lama yang menjual kepemilikan mereka," ujarnya, Jumat (10/6). Untuk diketahui, obligasi lama yang diterbitkan Sritex melalui anak perusahaan di Singapura sebelumnya adalah sebesar US$270 juta dengan bunga 9 persen dan jatuh tempo pada 2019.
Manajemen, lanjut Allan, mempercepat jadwal road show penawaran obligasi dari yang dijadwalkan semula. Hal itu untuk mengantisipasi situasi pasar yang semakin tidak pasti menjelang referendum keluarnya Inggris dari zona Eropa, maupun rapat bank sentral AS yang kemungkinan akan menaikkan kembali suku bunga.
"Keputusan tersebut membuahkan hasil yang cukup menggembirakan, di mana permintaan atas global bond baru yang diterbitkan mengalami kelebihan permintaan sebanyak 2 kali di tengah situasi dan kondisi perekonomian global sedang tidak menentu," ungkapnya. Ia menjelaskan, tujuan penggunaan dana atas penerbitan global bond ini hampir seluruhnya digunakan untuk membeli kembali global bond lama yang diterbitkan pada tahun 2014 bunga 9 persen jatuh tempo 2019, dan membayar pinjaman modal kerja.
Adapun sisa dari dana tersebut akan digunakan untuk kebutuhan perusahaan secara umum dalam mendukung kegiatan usaha. "Dengan demikian sisa global bond tahun 2019 hanya tersisa sebesar US$89,3 juta bunga 9 persen jatuh tempo 2019," jelas Allan. Allan menjelaskan, penerbitan global bond ini tidak menambah rasio utang Sritex. Alasannya, hampir seluruh dana atas penerbitan obligasi digunakan untuk restrukturisasi utang.
“Selain memperoleh manfaat penghematan biaya bunga pinjaman atas utang obligasi lama, Perseroan juga mampu meningkatkan profil likuiditas, di mana jatuh tempo utang menjadi lebih panjang,” katanya. Lebih lanjut ia mengatakan, tahun 2016 ini merupakan tahun akhir dari program Pengeluaran Modal Perseroan sehingga pengeluaran modal di tahun ini dianggarkan hanya sekitar US$50 juta-US$60 juta yang pendanaannya berasal dari kas internal dan hasil operasional.
"Akhir tahun 2016 diperkirakan mesin-mesin sudah mulai dari beroperasi. Di akhir tahun 2017 diharapkan kapasitas produksi untuk spinning meningkat 16 persen menjadi 654 ribu bales per tahun, weavingmeningkat 50 persen menjadi 120 juta meter per tahun, dyeing atau finishing meningkat 100 persen menjadi 240 juta yard per tahun dan garmen meningkat 67 persen menjadi 30 juta potong per tahun," jelas Allan.
No comments:
Post a Comment