Institute of Chartered Accountants in England and Wales atawa ICAEW, organisasi/lembaga sertifikasi profesi akuntan internasional berbasis di Inggris melaporkan, produktivitas tenaga kerja Indonesia secara substansial mengalami peningkatan yang baik dalam 15 tahun terakhir.
"Produktivitas Indonesia tumbuh mengesankan sebesar 3,8 persen dalam 15 tahun terakhir dan diperkirakan berkembang hingga 3,9 persen dalam lima tahun ke depan," ujar ICAEW Economic Advisor and Oxford Economics Leads Economist, Prinyanka Kishore, seperti dilansir Antara, Minggu (12/6).
Menurut dia, hanya dengan dua persen tenaga kerja yang bekerja di sektor industri utama, jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan Malaysia yang sebanyak 10 persen, Indonesia mempunyai peluang untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerjanya. Yakni, dengan cara membuka kesempatan bagi tenaga kerjanya untuk beralih ke sektor-sektor industri utama.
Tingginya jumlah tabungan rumah tangga juga disebut-sebut sebagai salah satu kontribusi meningkatnya produktivitas Indonesia, sehubungan dengan pergeseran sektoral yang tidak dapat terjadi tanpa pasokan keuangan stabil di investasi, baik modal fisik maupun modal manusia.
"Walaupun Foreign Direct Investments (FDI) mempunyai peran penting dalam memajukan ekonomi ASEAN, sebagian besar permodalan investasi bisnis datang dari tabungan domestik dan pinjaman, terutama untuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang banyak membuka lowongan pekerjaan," tutur Kishore.
Hal ini, kata dia, cukup menjelaskan alasan di balik produktivitas ASEAN yang terus meningkat pesat dibanding dengan kawasan pendapatan menengah. Selain itu, lanjut dia, nilai rupiah juga tumbuh menguat pada tahun ini dibandingkan dengan mata uang negara Asia lainnya, serta bunga obligasi juga telah turun secara signifikan dan tren pasar saham terus meningkat.
"Namun demikian, pertumbuhan produktivitas tenaga kerja Indonesia masih tertahan oleh faktor eksternal, khususnya dengan menurunnya jumlah potensi mitra dagang utama Indonesia dan harga komoditas yang semakin rendah," imbuh dia.
Sementara itu, Regional Director ICAEW South East Asia Mark Billington menuturkan, pelatihan, pengembangan, dan peningkatan keterampilan tenaga kerja harus menjadi peran penting jika Indonesia ingin mempertahankan lintas perkembangannya, meningkatkan tingkat produktivitas murni, dan lebih banyak mempekerjakan tenaga di sektor industri utama.
"Dengan ekonomi yang semakin liberal dan banyaknya sektor industri yang mulai terbuka dengan kepemilikan asing, Indonesia memerlukan tenaga kerja yang lebih terampil dan mulai bergerak mendekati standar global dalam hal pengetahuan teknis, keterampilan bisnis, dan inovasi," ucap Mark.
Berdasarkan laporan terbaru Economic Insight: South East Asia oleh ICAEW, produktivitas pekerja Indonesia berkembang pesat hingga menempati posisi kedua terbesar di ASEAN setelah Vietnam. Pergeseran sektoral menyumbang peningkatan 1,1 persen sejalan dengan Filipina. Tidak cuma itu, tingkat produktivitas murni Indonesia juga meningkat sampai 2,7 persen.
Secara keseluruhan, tenaga kerja ASEAN mempunyai rekor perkembangan yang mengesankan. Yakni, dengan pertumbuhan produktivitas sebesar tiga persen per tahun antara tahun 2000 sampai 2015. Perkembangan ini melebihi laju perkembangan per tahun Amerika Latin sebesar dua persen persen, dan Afrika 1,44 persen.
Pergeseran sektoral atau tenaga kerja yang berpindah dari agrikultur ke manufaktur dan layanan, urbanisasi dan meningkatnya tenaga kerja pada grup usia prima (25-54 tahun), telah menjadi faktor pendorong utama tumbuhnya produktivitas di seluruh daerah ASEAN, dengan pengecualian Singapura.
No comments:
Post a Comment