Oleh sebab itu, Peruri sedang menjajaki untuk membangun pabrik kertas uang.
"Kita menjajaki pembangunan pabrik kertas uang, kan Peruri belum punya," jelas Direktur Utama Perum Peruri, Prasetio, usai peluncuran buku karyanya "Out Of Comfort Zone", di Gedung Peruri, Jakarta, Senin (13/6/2016). Saat ini menurutnya Peruri sedang mencari mitra dalam pembangunan pabrik kertas uang yang akan digunakan sebagai bahan baku.
"Sedang dijajaki mencari partner membangun pabrik kertas uang dengan local content, kita mau signing dengan partner tahun ini lah," ungkap Prasetio. Nantinya pabrik tersebut akan terletak di Karawang yang juga merupakan pabrik percetakan uang Peruri. "Di Karawang, lahan kan masih besar," tuturnya.
Perusahaan Umum Percetakan Uang Negara Republik Indonesia (Peruri) melakukan ekspansi di pasar global. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pencetak uang ini, membidik order pencetakan uang hingga dokumen sekuriti di luar negeri antara lain di Asia Tengah dan Afrika. "Asia Tengah banyak potensinya di Afrika banyak, bertahap lah belum terlalu besar," kata Direktur Utama Perum Peruri, Prasetio, di sela-sela peluncuran buku karyanya "Out Of Comfort Zone", di Gedung Peruri, Jakarta, Senin (13/6/2016).
Saat ini, Peruri sedang mengikuti tender untuk ekspor cukai dan paspor. "Tender sekarang kita ikut Nepal, Sri Lanka. Kita ikut cukai paspor, kita fokus itu," jelas Prasetio. Saat ini Peruri telah mengekspor uang dan produk dokumen sekuriti ke Nepal, Sri Lanka, dan Filipina.
"Nepal, Sri Lanka, dan Filipina (ekspor uang). Produk sekuriti, sudah dalamnya kan sudah ada kertas, desain proses cetak sekuriti," tuturnya. Maraknya keberadaan e-payment atau transaksi non saat ini dalam dunia bisnis dan perbankan, ternyata belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keberadaan uang kartal atau transaksi tunai.
Direktur Utama Peruri, Prasetio menilai kebutuhan uang di Indonesia saat ini masih akan terus bertambah walaupun sudah banyak transaksi pembayaran memakai sistem non tunai. Peruri sendiri merupakan BUMN pencetak uang, paspor dan dokumen sekuriti lainnya.
"Saya rasa kebutuhan dengan uang yang diedarkan Bank Indonesia (BI) masih tumbuh karena negara kita banyak, kebutuhan akan uang bersih, terus kemudian gerakan uang bersih keaslian mata uang itu kan terus sekuritinya ditingkatkan oleh BI," ungkap Prasetio, di sela-sela peluncuran buku karyanya "Out Of Comfort Zone", di Gedung Peruri, Jakarta, Senin (13/6/2016).
Ia menambahkan kebutuhan uang kartal hingga 5 tahun ke depan masih akan stabil. Oleh karena itu, Peruri telah menyiapkan untuk memasuki bisnis digital. "Sampai 5 tahun ke depan kebutuhan saya rasa masih stabil walaupun harus siap, kita harus memahami bisnis digital," tutur Prasetio. Saat ini, Peruri mencetak 9,5 miliar bilyet uang kertas dan 2,1 miliar keping logam untuk memenuhi permintaan dari Bank Indonesia.
No comments:
Post a Comment