"Jadi, ini operasi pasar kita lakukan besar-besaran. Kita buka seluruh titik di Indonesia ada 4.000 setiap hari. Solusi jangka pendek adalah operasi besar-besaran untuk menghadapi Idul Fitri," ujarnya, saat menghadiri kegiatan operasi pasar di Pasar Minggu Jakarta, Minggu (12/6).
Selain Menteri Pertanian, hadir pula Menteri Perindustrian Saleh Husin dalam operasi pasar tersebut. Operasi pasar kali ini ini merupakan tindak lanjut atas rapat koordinasi yang dilakukan Mentan, Menteri Perdagangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri Koperasi dan UKM, serta Direktur Utama Perusahaan Umum Bulog, Jumat (10/6) lalu.
Di sela operasi pasar yang dilakukan, Mentan menjelaskan, persoalan pangan tidak bisa diselesaikan hanya oleh Kementerian Pertanian saja. Tetapi juga kementerian terkait lainnya. "Kami ini sinergi, egoisme sektoral kami hilangkan. Jadi, ini soal pangan tidak bisa selesai hanya dengan satu kementerian saja. Kementan, Kemenperin, kemendag, kemenkop, ini satu kesatuan yang tidak bisa dipisah," terang Amran.
Hari ini, operasi pasar pertama di gelar di Kantor Direkotrat Jenderal Hortikultura, Kementan, di Pasar Minggu yang dimulai pada pukul 06.00 WIB dengan menjual sejumlah komoditas pangan pokok seperti beras, bawang merah, daging sapi, minyak goreng, cabai merah, dan gula pasir.
Puluhan warga yang berasal dari kelompok ibu-ibu memadati halaman kantor Ditjen Hortikultura untuk mendapatkan kebutuhan pangan pokok yang ditawarkan dengan harga di bawah harga pasaran tersebut. Kepadatan serupa juga tampak di Pasar Minggu dan Pasar Cipete yang mana puluhan warga telah memadati lokasi dengan hampir menutup sebagian badan jalan.
Dalam operasi pasar tersebut daging sapi dijual seharga Rp75.000 per kilogram (kg), bawang merah Rp25.000/kg, minyak goreng Rp11.000/liter, beras Rp7.500/kg, cabai merah keriting Rp18.000/kg dan paket sembako Rp25.000/paket.
Sementara itu paket sembako terdiri dari beras 2 kg, minyak goreng 1 liter, gula pasir 1 kilogram (kg), dan 3 bungkus mie instan. Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah menetapkan angka 27.400 ton daging sapi untuk memenuhi kebutuhan bulan ramadan dan hari raya Idul Fitri. Keputusan itu diambil karena persediaan daging dalam negeri tidak mencukupi pada masa-masa tersebut.
Demi melaksanakan impor tersebut, Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong tidak hanya menugaskan ke Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti tahun lalu, namun juga memberi kesempatan bagi pengusahaan swasta untuk masuk. Dari rencana 27.400 ton impor daging yang akan dilakukan, Pemerintah memberi jatah impor 11.900 ton bagi perusahaan swasta.
Sementara itu, sisa impor rencananya akan ditugaskan kepada Perun Bulog sebanyak 10 ribu ton, sebanyak 5 ribu ton diimpor PT Berdikari (Persero), dan sebanyak 500 ton daging akan diimpor oleh PD Dharma Jaya, yaitu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DKI Jakarta yang bergerak di sektor peternakan. "Sekarang kami putuskan pembukaan lebih lebar, bukan artinya lebih luas. Kami buka lebih lebar sehingga ada kompetisi yang melibatkan lebih banyak pihak, supaya kita memberikan solusi ramah pasar," tutur Thomas, Rabu (2/6).
Thomas mengatakan impor daging sapi nantinya hanya akan memenuhi kebutuhan konsumsi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) dan sebagian Jawa Barat mengingat konsumsi terbesar daging sapi ada di wilayah tersebut. Sebagai informasi, Statistik Peternakan 2014 mencatat 90 persen impor sapi dinikmati di Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten.
"Jadi yang kami lakukan dengan impor sapi hanya untuk wilayah Jabodetabek dan Jabar, karena di luar kedua wilayah itu, biasanya sudah swasembada sapi," jelas Thomas. Selain kebutuhan Jabodetabek lebih besar, Pemerintah juga tak mau mematikan peternak lokal dengan memasukkan sapi impor ke daerah-daerah di luar Jabodetabek. Menurut Thomas, kebijakan impor ini ditujukan untuk menjaga pasokan, sehingga harga yang diterima masyarakat lebih stabil.
"Kami harus menempatkan isu pada masing-masing tempatnya, satu sisi impor untuk menjaga stok dan supaya punya amunisi untuk mengguyur pasar bila bergejolak," terangnya. Menurut data Kementerian Pertanian (Kementan), konsumsi daging sapi impor pada 2015 tercatat sebesar 237.890 ton atau mengambil porsi 36 persen dari total konsumsi daging sapi sebesar 653.890 ton. Sementara itu, pada tahun ini konsumsi daging sapi diperkirakan meningkat 10 persen menjadi 738.025 ton
Masih tingginya harga daging sapi, jauh di atas harga acuan Rp80 ribu per kilogram (kg) yang ditetapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuat Perusahaan Umum (Perum) Bulog mempercepat operasi pasar. Bulog mengawali operasi pasar (OP) daging sapi di Manado yang masuk wilayah kerja Bulog Divre Sulawesi Utara (Sulut).
âKami melakukan OP daging sapi di sejumlah titik padat penduduk di Kota Manado dan sekitarnya, dengan harga jauh di bawah pasar tradisional dan swalayan," kata Kepala Perum Bulog Divre Sulut dan Gorontalo Sabarrudin Amrulla di Manado, seperti dikutip kantor berita Antara, Senin (13/6). Sabarrudin menyebut OP dilakukan pada pekan kedua ramadan, karena harga daging sapi di Sulut terbilang tinggi yaitu mencapai Rp97.500 per kg.
Selain mengguyur daging sapi langsung ke pemukiman yang padat penduduk, Bulog menurutnya juga menjual daging sapi melalui pasar Bersehati di Kota Manado dan di depan kantor perusahaan. Harga daging sapi Bulog yang lebih rendah dibandingkan harga pasar, membuat masyarakat sangat meminati daging sapi Bulog. Sabarrudin mengaku sudah menyiapkan 15 ton daging sapi untuk didistribusikan ke masyarakat sampai Lebaran nanti.
Sebagian kami simpan di tempat penyimpanan dingin. Jika masih banyak permintaan, kami akan mendatangkan pasokan lagi,â jelasnya. Selain menjual daging sapi, OP yang digelar Bulog Sulut juga menjual beras dengan harga Rp7.900 per kg, bawang merah seharga Rp35 ribu per kg, dan juga minyak goreng.
No comments:
Post a Comment