Masyarakat harus jeli terhadap daging sapi yang dicampur dengan daging celeng. Salah satu caranya teliti mengecek kondisi fisik daging. Misalnya dengan memperhatikan warna daging sapi saat membeli. Warna daging sapi pada umumnya merah pekat, berbeda dengan daging celeng yang berwarna merah pucat.
"Warnanya berbeda, itu kan lebih pucat. Kalau celeng agak lebih muda, kalau sapi kan merah terang," jelas Kepala Badan Karantina Pertanian kelas II Cilegon, Bambang Haryanto. Selain itu, aroma dari daging celeng juga lebih kuat dan lebih apek, berbeda dengan daging sapi yang baunya tidak terlalu kuat. Bau daging sapi juga dapat dikenali dari aroma khas prengus.
"Baunya sangat menyengat, lebih apek. Kalau daging celeng itu baunya nggak enak. Kalau bau sapi kan lebih kerasa ada rumputnya, prengusnya prengus lain kan gitu," tutur Bambang. Tingkat kepadatan daging celeng pun pada umumnya lebih lembek dibandingkan daging sapi. Serat daging celeng dan daging sapi juga dapat dilihat secara fisik perbedaannya.
"Kekenyalannya kan lebih lembek kalau daging celeng ini. Lebih padat sapi seratnya juga," tutup Bambang. Daging celeng kembali beredar. Contohnya seperti yang ditemukan Badan Karantina Pertanian kelas II Cilegon yang menyita 2 ton daging celeng yang dikirim dari Jambi menuju Bekasi.
Lalu, bagaimana cara mengirim daging celeng itu? Daging celeng itu diangkut menggunakan truk besar. Agar tak menarik perhatian petugas, daging celeng yang diangkut dalam jumlah yang tidak banyak.
"Itu truk besar disamarkan seperti truk kosong. Orang kalau lihat sekilas pasti mengira kalau itu truk kosong," ujar Kepala Badan Karantina Pertanian Cilegon, Bambang Haryanto . Muatan daging celeng yang tidak penuh tersebut kemudian ditutup pakai triplek. Tidak hanya itu, triplek kemudian dilapisi lagi menggunakan terpal agar tidak menarik perhatian petugas karantina di pelabuhan.
"Cuma sedikit sekali itu (daging celeng) tipis-tipis ditutup triplek terus ditutup terpal lagi, terus orang nggak tahu kalau itu ada isinya. Supaya nggak terlalu menarik perhatian," ungkap Bambang. Mengantisipasi terulangnya kejadian ini, pihaknya mengaku telah bekerja sama dengan pihak kepolisian di bernagai daerah untuk meningkatkan pengawasan terhadap peredaran daging celeng sehingga tidak merugikan masyarakat.
Balai Karantina Kementerian Pertanian di Cilegon bulan lalu mengamankan penyelundupan daging celeng yang diangkut dari Jambi menuju Bekasi. Jumlah daging celeng mencapai 2 ton dan diangkut menggunakan truk yang tidak terisi penuh. "Ada 2 ton yang dari Jambi itu. Jadi itu dari Jambi rencananya mau dibawa ke Bekasi," jelas Kepala Badan Karantina Pertanian Kelas II Cilegon, Bambang Haryanto.
Sebelumnya pihaknya mendapatkan informasi dari beberapa pihak yang berada di lapangan. Kecurigaan tersebut kemudian terungkap dengan berakhirnya penyelundupan daging celeng sebanyak 200 ton tersebut. Pihaknya juga mengaku bahwa tidak mungkin melakukan pemeriksaan detail kepada setiap kendaraan yang keluar masuk Pelabuhan Merak, yang dapat dilakukan hanyalah meningkatkan koordinasi dengan setiap petugas yang berada di lapangan.
"Kita dapat informasi, kalau ada informasi kita operasi. Kalau memang nggak dapat informasi kemungkinan kecolongan. Karena kita kan pada dasarnya nggak mungkin menyetop semua kendaraan," tutur Bambang. Dirinya menyebutkan bahwa daerah-daerah yang rawan penjualan daging oplosan alias daging celeng yang dicampur daging sapi berada di kawasan Jabodetabek.
"Kita tangkap kita tahunya yang mau dibawa ke Bekasi itu saja. Biasanya ada yang pernah ketangkap ke Tangerang juga ada, sekitar Jabodetabek daerah tujuannya," kata Bambang. Penyelundupan daging celeng untuk dioplos dengan daging sapi kemungkinan akan terus terjadi apabila peningkatan pengawasan di daerah pemasok seperti Jambi tidak dilakukan.
"Saya kira kalau di daerah asalnya belum diatasi akan ada terus dengan berbagai modus," pungkas Bambang.
No comments:
Post a Comment