Potensi pengembangan Labuan Bajo sebagai salah destinasi wisata nasional diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap perekonomian nasional. Menurut Tenaga Ahli Bidang Regional Planning Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Bambang Susantono, mengatakan potensi tersebut bisa dilihat dari perputaran uang di kawasan tersebut yang masuk dari sektor pariwisata.
"Kami sudah membuat akumulasi ternyata uang yang bergerak saat ini Rp 600 miliar per tahun. Pantesan lebih 15 hotel baik (hotel berbintang) sudah ada di sana, hotel dan resort," kata dia dalam diskusi di Kantor Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman, Jakarta, Kamis (23/6/2016).
Perputaran uang tersebut bersumber dari belanja yang dilakukan para wisatawan selama berlibur di Labuan Bajo. Dari data yang dimilikinya, seorang wisatawan bisa melakukan belanja antara Rp 1,5 juta-Rp 2,5 juta sehari dengan lama waktu menetap sekitar 3-5 hari. "Saat ini wisatawan mancanegara (wisman) Labuan Bajo mencapai 91 ribu per tahun. Tinggal dikalikan saja kalau mereka tinggal 3-5 hari. Seharinya belanja Rp 1,5 juta- Rp 2,5 juta. Itu besar sekali," tutur dia.
Dengan sejumlah pengembangan yang tengah dilakukan Pemerintah saat ini, diharapkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Labuan Bajo bisa meningkat sehingga bisa memberikan kontribusi lebih besar pada perekonomian di kawasan tersebut. "Pemerintah akan mengembangkan kawasan tersebut dengan target 500 ribu wisman per tahun pada tahun 2019," pungkas dia.
Dengan pengembangan yang dilakukan, jumlah kunjungan wisman ke Labuan Bajo bisa meningkat hingga 500 ribu wisatawan pada 2019 nanti. Dengan meningkatnya jumlah wisman yang berkunjung, diharapkan perputaran uang di kawasan tersebut akan meningkat sehingga berimbas positif pada perekonomian setempat.
"Akumulasi kemungkinan pendapatannya bisa di atas Rp 20 triliun - Rp 60 triliun per tahun. Jadi Labuan Bajo itu bukan ecek-ecek," kata Bambang. Labuan Bajo menyimpan potensi wisata yang tergolong banyak. Wisatawan bisa memperoleh paket perjalan wisata beragam cukup dengan mengunjungi satu destinasi saja.
"Dari mulai wisata di komodo, orang-orang melihat komodo sehari, diving bisa 4 sampai 9 hari, kemudian menikmati pemandangan alam, kekayaan budayanya dan lainnya," jelas dia. Untuk mencapai target tersebut, Kemenko Maritim saat ini tengah mengkoordinasikan pembangunan infrastruktur yang dilakukan sejumlah kementerian berbeda.
Dari mulai pembangunan jalan dan Jembatan hingga saran prasarana lingkungan pariwisata oleh Kementerian PU dan Perumahan Rakyat. Belum lagi Kementerian Perhubungan dalam pengembangan infrastruktur pelabuhan, terminal dan bandara sebagai penunjang yang meningkatkan akses wisman ke lokasi tersebut.
"Juga kementerian pariwisata dalam melakukan promosi. Sehingga semua bisa maksimal," pungkas dia. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) telah menyelesaikan renovasi dan pengembangan Bandara Komodo di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Bandara yang semula bernama Bandara Mutiara II ini, kini memiliki kapasitas yang lebih besar dan fasilitas lebih modern.Terminal baru Bandara Komodo dibangun mulai tahun 2012 dan selesai di 2015, mengambil wujud menyerupai binatang khas Indonesia "Komodo" dengan luas 9.687 meter persegi sehingga bisa menampung penumpang hingga sebanyak 553 orang penumpang.
Fasilitas yang bisa dijumpai di terminal baru Bandara Komodo dari mulai fitur keamanan seperti x-ray, gerbang pendeteksi logam, fasilitas pengambilan bagasi yang lebih modern.Terminal baru ini juga dilengkapi dengan apron atau tempat parkir pesawat seluas 225 meter x 100 meter, Stop Way 60 meter x 30 meter, navigasi NDB, DVOR, PAPI, AFL.Berkaca tahun 2014 saja, terminal lama Bandara Komodo hanya bisa menampung penumpang sekitar 220 orang saja. Kini kapasitasnya bisa menampung 553 orang penumpang.
Pengembangan masih akan dilanjutkan berupa perpanjangan landasan pacu menjadi 2.500 meter. Harapannya agar bisa didarati dengan pesawat yang berukuran lebih besar, sekelas Boeing 737-800 NG.
Saat ini, landasan pacu Bandara Komodo hanya sepanjang 2.150 meter dengan pesawat terbesar yang bisa mendarat adalah jenis ATR 72-600 yakni pesawat penumpang baling-baling bermesin turboprop dengan kapasitas penumpang maksimal 78 orang. Saat ini, maskapai yang beroperasi di Bandara Komodo adalah Wings Air dan Garuda Indonesia dengan ATR 72. Selain itu, mulai hari ini Sriwijaya Air juga melayani rute Denpasar-Labuan Bajo dengan pesawat Boeing 737 classic.
No comments:
Post a Comment