Krisis keuangan pada 1998 silam membuat kawasan Asia Tenggara mengalami guncangan ekonomi yang begitu dahsyat. Krisis 1998 tersebut membuat cadangan devisa di berbagai negara Asia anjlok ke titik terendahnya. Indonesia dan beberapa negara Asia Tenggara lainnya pun menjadi korbannya, sehingga ekonominya perlu ditopang oleh International Monetary Fund (IMF) untuk menstabilkan perekonomian nasional.
Namun, dari sebagian besar negara Asia Tenggara yang terdampak akibat krisis keuangan Asia, Malaysia justru tidak menyentuh bantuan IMF. "1998 krisis finansial Asia seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, dan yang lainnya. Siapa yang ke IMF, semua kecuali Malaysia. Kok bisa? krisis itu kan terkait kurs makanya ada capital outflow dan cadangan devisa drop," terang Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro di Kantor Apindo, Jakarta Selatan, Jumat (17/6/2016).
Lantas apa yang membuat Malaysia mampu bertahan di tengah krisis keuangan Asia yang cukup dahsyat? "Tapi Malaysia nggak, Mahatir (Perdana Menteri Malaysia era itu) panggil semua pengusaha besar Malaysia. Di pertemuan itu, Mahatir bilang nggak mau ada intervensi asing yang dominan, makanya dia minta pengusaha untuk bawa aset di luar negeri ke Malaysia," jelas Bambang.
Para pengusaha Malaysia pada saat itu turut berperan dalam menyelamatkan perekonomian negerinya sendiri. "Itu dilakukan, jadi karena itu basicly capital inflow makanya dia nggak perlu disupport oleh IMF," ujar Bambang
Bambang mencontohkan kasus Malaysia karena memiliki kemiripan dengan rencana tax amnesty yang akan diterapkan di Indonesia Juli mendatang. Bambang sekaligus mengimbau kepada para pengusaha untuk menarik asetnya di luar negeri untuk mengembangkan perekonomian Indonesia.
Dengan ditariknya aset WNI yang ada di luar negeri juga diharapkan dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,1% hingga 5,3% sesuai dengan target pemerintah.
No comments:
Post a Comment