Wednesday, June 1, 2016

Inflasi Mei 2016 Sebesar 0,24 Persen

Mengikuti tren inflasi nasional di Mei 2016 yang sebesar 0,24%, ibu kota Jakarta tercatat mengalami inflasi 0,19% pada periode tersebut. Laju inflasi Jakarta di Mei ini lebih tinggi dari rata-rata 5 tahun terakhir 0,12%. Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) DKI Jakarta, Doni P. Joewono, mengatakan inflasi ini terjadi karena naiknya harga menjelang puasa, dan meningkatnya konsumsi masyarakat. Menurut BI yang perlu diwaspadai adalah daging.

Sepanjang tahun ini, ujar Doni, harga daging sapi di Jakarta terus bertahan pada level yang cukup tinggi. Harga daging sapi rata-rata berada di sekitar Rp 110.000/kg. Meningkatnya harga daging sapi hingga di atas Rp 100.000/kg mulai terjadi pada Juli 2015.  Sejak saat itu harga daging sapi di tingkat konsumen tidak pernah kembali di bawah Rp 100.000 per kg.

"Pada bulan Mei harga daging sapi di pasar-pasar Jakarta sempat menembus harga Rp 120.000 per kg untuk jenis daging Has luar. Meskipun pada bulan Mei 2016 komoditas daging sapi mencatat inflasi relatif rendah, yaitu 0,24% (mtm), bertahannya harga daging sapi di level tinggi perlu mendapat perhatian, agar masyarakat mampu membeli dan tetap dapat mengonsumsinya," tutur Doni dalam penjelasannya, Rabu (1/6/2016).

Selain itu, inflasi daging ayam ras juga cukup tinggi di Mei, yaitu 16,33% dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan harga daging ayam ras didorong oleh tingginya tingkat permintaan yang tidak disertai dengan pasokan yang mencukupi.

"Menurunnya pasokan daging ayam ras tidak terlepas dari kebijakan pemerintah melalui Kementerian Pertanian, yaitu pemusnahan parentstock broiler (induk bibit ayam broiler). Kebijakan tersebut sedianya merupakan respons dari penurunan tajam harga ayam ras di tingkat peternak beberapa bulan lalu. Sekitar 6 juta parentstock broiler telah dimusnahkan, dan berdampak pada berkurangnya day old chick (DOC), yang selanjutnya menyebabkan berkurangnya produksi ayam ras," papar Doni.

Berkurangnya produksi, di tengah meningkatnya permintaan, mendorong harga daging ayam ras meningkat cukup signifikan. Selain itu, kenaikan permintaan juga disebabkan oleh perilaku masyarakat yang cenderung melakukan substitusi pangan dari daging sapi ke daging ayam karena masih tingginya harga daging sapi.

Akan tetapi, dalam catatan BI, inflasi masih tertahan oleh penurunan harga pada subkelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya, serta bumbu-bumbuan, sejalan masih berlangsungnya musim panen. Harga beras normal karena antisipasi pengadaan beras oleh Pemprov Jakarta, bekerja sama dengan Bulog untuk menjaga pasokan.

Pada Mei 2016 beras mengalami deflasi sebesar 0,35% (mtm). Sementara itu, subkelompok bumbu-bumbuan masih melanjutkan tren penurunan, didorong oleh masih turunnya harga cabai merah di pasar. Berbagai perkembangan harga ini membawa kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar 1,08% (mtm).

Memerhatikan kebijakan pemerintah terkait harga-harga komoditas energi serta pola perkembangan harga-harga dan pantauan terhadap beberapa komoditas di pasar-pasar di Jakarta, inflasi pada Juni 2016 diprakirakan tetap terkendali.  Langkah Pemprov DKI Jakarta dalam pengendalian harga pangan melalui operasi pasar, pasar murah, serta pesan pengendalian harga pangan hingga berakhirnya Hari Raya Idul Fitri dapat memengaruhi pergerakan harga di Jakarta. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi pada Mei 2016 tercatat sebesar 0,24%. Realisasi tersebut terbilang cukup rendah padahal menjelang masuknya bulan puasa dan Lebaran.
Bila dibandingkan dengan periode menjelang lebaran 2015, inflasi Mei 0,50% dan Juni 0,54%. Sedangkan Juni 2014, inflasinya mencapai 0,43% dan Juli 0,93%.

Sasmito Hadi Wibowo, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, BPS mengatakan inflasi yang rendah lebih dikarenakan faktor kebijakan pemerintah. Terutama untuk harga yang diatur pemerintah (administered price), seperti Bahan Bakar Minyak (BBM) dan tarif listrik serta tarif transportasi umum.

"Saya kalau lebih melihat intervensi pemerintah luar biasa," ujarnya di kantor pusat BPS, Jakarta, Rabu (1/6/2016). Dari kebijakan tersebut, biaya angkut distribusi barang juga menurun. Sehingga harga barang, khususnya pangan juga mengalami penurunan yang cukup signifikan.  "Harga barang-barang yang diangkut juga tak naik dan malah cenderung turun," imbuhnya.

Akan tetapi, menurut Sasmito pemerintah tetap harus mewaspadai kondisi harga barang pada periode Juni dan Juli. Permintaan terhadap barang akan meningkat seiring dengan aktivitas Lebaran. "Yang harus dijaga, adalah Juni dan Juli. Harus diamankan," tegasnya.

No comments:

Post a Comment