Wednesday, September 24, 2014

Airbus-Aerion Kerjasama Memproduksi Pesawat Supersonik

Mimpi menghidupkan lagi kejayaan pesawat terbang berkecepatan melebihi suara (supersonik), kini hadir kembali. Airbus Group NV., tengah mempersiapkan proyek prestisius ini bersama dengan Aerion Corporation (Aerion), perusahaan pembuat pesawat jet milik miliarder asal Amerika Serikat (AS), Robert Muse Bass.

Kedua perusahaan penerbangan tersebut berharap, pesawat supersonik produksi mereka bisa dinikmati konsumen pada tahun 2021 mendatang. Manajemen Airbus dalam keterangan resmi seperti diwartakan Bloomberg, Selasa (23/9/2014) menyatakan, akan memberikan sejumlah bantuan teknis kepada Aerion dalam hal, semisal desain dan manufaktur.

Kesepakatan dengan Airbus tentu menjadi oase bagi Aerion. Sebab, proyek pembuatan pesawat supersonik Aerion telah mulai dirintis sejak tahun 2002. Namun lantaran krisis finansial pada tahun 2008-2009, proyek itu pun menjadi terbengkalai.

"Kerjasama dengan Airbus merupakan bagian penting dalam rangka memperoleh keahlian pengembangan pesawat," tutur Doug Nichols, chief executive officer Aerion, kepada Bloomberg.

Aerion setidaknya telah menggelontorkan dana sebesar 100 juta dollar AS untuk mengembangkan teknologi bertajuk natural laminar flow beserta desain pesawat dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Pesawat supersonik Aerion tersebut nantinya akan diberi nama AS2.

Barton Greer, Jurubicara Airbus menyatakan, Airbus mendukung penuh rencana Aerion. "Komitmen kami adalah membantu membawa AS2 ke pasar," tutur Greer.

Pesanan menanti
Setelah mendapat kepastian bergabungnya Airbus, Aerion bakal memulai lagi proyek prestisius ini pada tahun 2016. Aerion menargetkan, AS2 sudah bisa diujicoba pada tahun 2019 dan mendapat sertifikasi terbang komersial di tahun 2021. Saat ini, Aerion juga sedang berbicara dengan produsen mesin pesawat.

Aerion optimistis, AS2 akan mendapat sambutan positif dari pasar. Nichols menghitung, dalam kurun waktu 20 tahun pasca produksi perdana, akan ada pesanan sekitar 600 pesawat. Harga yang dipatok untuk pesawat SA2 diperkirakan lebih dari 100 juta dollar AS per unit.

Sekadar mengingatkan, pesawat supersonik bertajuk Concorde pernah dikembangkan oleh Bristol Aeroplane Company (BAC) dan Aerospatiale. Namun sayang, era emas Concorde harus berakhir. Sejumlah kecelakaan yang merenggut korban jiwa menyebabkan Concorde mendapat cap tidak layak terbang sejak tahun 2003.

Padahal, sejak uji coba terbang perdana pada tahun 1969, Concorde telah diproduksi sebanyak 20 unit. Harga satu unit Concord pada tahun 1997 dipatok sebesar 23 juta pound. Sejumlah maskapai penerbangan yang telah membeli Concorde diantaranya adalah Singapore Airlines, British Airways dan Air France.

Namun beberapa waktu lalu, benih-benih pesawat super cepat kembali tumbuh. Daily Mail pada tahun 2011 silam menulis, ilmuwan Inggris tengah mengembangkan pesawat seperti Concorde. Namun hebatnya, pesawat bernama Hypermarch itu memiliki laju dua kali lebih cepat dari Concorde. Konon, pesawat hipersonik ini hanya membutuhkan waktu dua jam saja untuk menghubungkan London dengan New York.

Richard Lugg, pemimpin proyek Hypermarh mengatakan, mesin yang digunakan pesawat jet yang berkapasitas 20 tempat duduk itu akan lebih efisien dibandingkan dengan mesin Rolls Royce yang dipakai Concorde. Lugg berjanji akan memamerkan Hypermarh di Paris Air Show pada 2021 mendatang.

No comments:

Post a Comment