"Untuk pendapatan, dari angkutan penumpang termasuk KRL itu Rp 6 triliun (targetnya). Angkutan barang Rp 4 triliun, sisanya 1 triliun itu lain-lain,” ujar Jonan saat bertemu di Stasiun Gambir, Senin (8/9/2014).
Jonan mengatakan, untuk angkutan barang, terbesar disumbang oleh angkutan batu bara. Jumlah pengangkutan batu bara mencapai 40% dari total angkutan barang KAI. Dibandingkan kinerja 2013, laba KAI ditargetkan meningkat. Tahun lalu, KAI meraup pendapatan Rp 8,7 triliun dengan laba Rp 565 miliar, dan biaya tenaga kerja Rp 2,7 triliun.
Jonan bersyukur, dalam lima tahun terakhir, sejak dirinya menjabat Dirut, kinerja KAI meningkat. Pada 2009, pendapatan KAI Rp 4,8 triliun, dengan laba Rp 156 miliar, dan biaya tenaga kerja Rp 1,3 triliun.
Apa rahasia Jonan membawa KAI meningkatkan kinerja keuangannya? "Kami tidak punya bisnis yang bisa menaikkan laba. Tapi kami terus mencoba memberikan nilai tambah kepada pelanggan, sehingga pelanggan mau membayar dengan baik. Lalu kami melakukan efisiensi biaya, menggunakan biaya-biaya dengan tepat,” tutur Jonan.
Selain itu, Jonan juga mengubah pola pikir di tubuh KAI. Menurutnya, dalam penggunaan anggaran, salah bila yang dilihat adalah penyerapannya. Namun efektivitas dari penyerapan itu harus maksimal, meskipun biaya yang diserap sedikit.
"Kalau anggaran tidak harus dikeluarkan, jangan dikeluarkan. Contoh untuk rapat, kami di KAI tak pernah rapat jauh-jauh di luar kota. Kami juga terus berusaha meningkatkan kompetensi pegawai, dan mendorong kompetensi tersebut,” jelas Jonan. Menurut Jonan, saat ini yang terus menerus menjadi PR adalah menjaga kompetensi atau standar kualitas.
"Zaman berubah sangat cepat, ekspektasi pelanggan berubah cepat. Satu-satunya PR saya adalah konsistensi. Ini tantangannya konsistensi. Menjaga kualitas. Caranya disiplin,” tegas Jonan.
No comments:
Post a Comment