Sunday, September 7, 2014

REI: Belum Ada Tanda Bubble Properti

Ketua Real Estate Indonesia Sulawesi Selatan, Arief Mone, mengatakan ada hambatan yang dihadapi para pengembang dalam menyediakan jumlah rumah yang dibutuhkan publik.  Hambatan ini membuat besarnya kebutuhan rumah tidak bisa serta merta dipenuhi pengembang dengan mudah. Ini karena sampai saat ini masih berlaku kebijakan batas uang muka atau LTV yang dikeluarkan Bank Indonesia.

Selain itu ada tumpang tindih aturan antara Kementerian Perumahan dan Kementerian Keuangan soal pajak rumah bersubsidi. "Kami pengembang tetap mendukung pembangunan rumah bersubsidi," kata dia pada Jumat lalu, 5 September 2014. Menurut Arief, sampai dengan semester pertama tahun 2014, sudah terbangun sekitar 10 ribu rumah dari semua tipe di Sulawesi Selatan. Sekitar 6 ribu unit adalah rumah bersubsidi yang dikerjakan oleh sekitar 60 pengembang.

"Target kami tahun ini semoga bisa terbangun 20 ribu unit rumah," kata dia. Dia menambahkan, solusi agar pembangunan rumah bisa terpenuhi, pemerintah harus membangun kawasan terpadu.  Kawasan ini tidak selalu berpusat di Makassar. Tapi harus memanfaatkan daerah di sekitar Makassar. "Pengembang sangat mendukung pembangunan rumah bersubsidi karena tingkat resiko macetnya kecil. Meski keuntungannya juga tidak terlalu besar," kata Arief.

Ketua Real Estate Indonesia Sulawesi Selatan, Arief Mone, mengatakan kekhawatiran adanya bubble property belum terlihat di Sulawesi Selatan. Ini Karena selama ini kebutuhan rumah tidak sebanding dengan kemampuan pengembang dalam membangun rumah.

Sehingga yang terjadi adalah back log atau tunggakan pembangunan rumah, yang sangat besar. "Kalaupun di negara lain terjadi bubble, di Indonesia sepertinya masih jauh," kata Arief kepada Tempo usai pembukaan BNI-REI Exlusive Home Expo di Trans Studio Mall jumat (5/9).

Menurut Arief, kekurangan hunian di Sulawesi Selatan atau backlog selama tahun 2013 sekitar 350 ribu rumah. Sementara kemampuan pengembang hanya 15 ribu unit per tahun. sehingga butuh gerakan untuk membangun rumah khususnya bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah.

Rumah adalah kebutuhan dasar,"Sehingga dibutuhkan regulasi yang mudah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan perumahan." Dia mengatakan, salah satu penyebab rumah di Makassar cepat laku adalah meningkatnya pendapatan masyarakat. Terbukti besarnya pertumbuhan ekonomi Makassar beberapa tahun terakhir. 

"Selain itu pengembang juga tidak hanya berharap pembeli yang berdomisili di Makassar atau di wilayah Sulawesi Selatan. Tapi banyak juga warga Sulawesi Selatan yang merantau datang membeli rumah di Makassar," kata Arief.

No comments:

Post a Comment