Para pedagang teh kini tak lagi kebingungan menentukan harga. Dalam enam bulan ke dapan, harga teh akan melantai di bursa. “Kami akan urus persyaratan secepatnya,” kata Ketua Aspegtindo, Johan Alexander Supit di Hotel Gran Mahakam, kemarin.
Rencana memasukkan komoditas ini di dalam bursa berkat perjuangan para pedagang membentuk Asosiasi Pedagang Teh Indonesia (Aspegtindo) yang diresmikan kemarin. Tujuan pembentukan organisasi ini agar ada referensi harga teh yang selama ini dianggap tidak memiliki regulasi dan standar tertentu.
Johan menuturkan, pembentukan asosiasi ini untuk membuat standardisasi kualitas dan harga komoditas ini, serta memperkuat posisi tawar para pedagang menjelang berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun depan.
Ia menjelaskan, nilai perdagangan teh di Indonesia tercatat sekitar US$ 200 juta atau sekitar Rp 2,3 triliun. “Tapi itu yang tercatat. Menurut kami, total value dalam satu tahun di Indonesia mencapai US$ 1 miliar (Rp 11,7 triliun),” ujar dia. Karena itu, selain menghadapi MEA, pembuatan Aspegtindo ini bertujuan bisa ikut trading di bursa agar segala transaksi tercatat.
Direktur Bursa Berjangka Jakarta, Sherman Rana Krisna menyambut baik pembentukan Aspegtindo dan niatnya masuk bursa. Menurut dia, setelah masuk ke dalam bursa, maka akan ada delapan komoditas yang melantai di bursa. “Di antaranya cokelat dan batu bara,” kata Krisna.
BBJ pun menyatakan kesiapannya. Krisna mengatakan, dalam sepekan akan ada pertemuan membahas kesiapan Aspegtindo melantai di bursa. “Kalau sudah resmi, maka akan didapat harga teh resmi yang transparan, dan semua orang bisa memantau,” ujarnya.
Dewan Komisaris PT Sariwangi AEA, Andrew Supit, mengatakan Aspegtindo juga memberikan dampak positif terhadap pemilik kebun. “Kekuatan lokal teh sangat luar biasa, para pedagang di daerah bisa dengan gampang menjual produknya ke luar negeri,” kata dia
No comments:
Post a Comment