Investasi asing di Daerah Istimewa Yogyakarta kini semakin beragam. Ada enam negara yang sudah menanamkan investasi di kota pelajar itu. Yaitu Amerika Serikat, Singapura, Malaysia, Korea Selatan, Belgia, dan Australia. Di antara mereka, Amerika Serikat merupakan investor paling besar.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Daerah Istimewa Yogyakarta Dominikus Supratikno menyatakan tahun ini merupakan tahun investasi. "Investor asing gencar menanamkan modal di sini (Yogyakarta)," kata dia, Jumat, 22 Juni 2012.
Dana investasi yang masuk dari negeri Abang Sam itu sekitar US$ 71 juta (Rp 351 miliar). Besarnya dana Amerika diikuti dana investasi dari negeri jiran Singapura mencapai US$ 38 juta (Rp 256 miliar), lalu Malaysia Rp 586 miliar, Korea Selatan US$ 6 juta dan Rp 57 miliar. Sementara Belgia US$ 63 juta dan Rp 250 miliar serta Australia US$ 3 juta dan Rp 350 miliar.
Pengusaha dari negeri yang dikomando Barack Obama itu menggelontorkan dana besar ke pabrik lampu yang biasa disebut Sibalek. Yaitu pabrik lampu GE (General Electric) Lighting. Sedangkan negara lain mengambil sisi investasi pada sektor tekstil, seperti glove (sarung tangan), industri rambut palsu, dan industri kerajinan/mebel.
Khusus Korea Selatan, saat ini mulai tertarik untuk berinvestasi dalam bidang pengadaan air bersih. Begitu pula ada perusahaan asal Jerman yang ingin mengelola sampah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Juga ada beberapa negara yang ingin berinvestasi dalam pembangunan bandar udara baru seperti Italia. "Kami tambah yakin investasi dari luar negeri akan banyak masuk jika bandar udara baru juga sudah terealisir," kata dia.
Menurut Alusia Endang Wahyuningsih, Direktur Fasilitasi Promosi Daerah BKPM Pusat, total investasi nasional hingga bulan Maret 2012 mencapai Rp 71,2 triliun. Jumlah ini meningkat dibanding dengan periode yang sama tahun 2011, Rp 53,6 trliun, atau naik 32,9 persen. "Indonesia dinilai stabil dalam berinvestasi. Maka banyak negara maju melirik," kata dia.
No comments:
Post a Comment