Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional (Perbanas) menyatakan krisis ekonomi yang terjadi di Eropa dikhawatirkan bisa merembet ke Asia.
"Krisis bisa saja menyebar ke Asia, tapi itu bukan karena Indonesia punya jumlah dana (exposure) di sana atau bukan karena Indonesia memiliki instrumen di beberapa negara," kata Ketua Umum Perbanas, Sigit Pramono seusai konferensi pers tentang Indonesia Banking Expo 2012 di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, faktor kekhawatiran krisis di Asia lebih kepada investor asing yang menanamkan dananya di wilayah regional Asia akan menarik investasinya untuk membenahi usaha di negara krisis di Eropa atau Amerika Serikat.
Dia menjelaskan dengan kejadian itu, valuta asing di Indonesia akan kosong dan terjadi krisis likuiditas akibat minimnya valas sedangkan ekspor impor akan terganggu tanpa adanya valas tersebut.
"Indonesia harus waspada dan hati-hati karena siklus krisis itu makin lama semakin pendek dan dunia belum mengetahui solusi akhir dari krisis Eropa akan seperti apa," jelas dia.
Sigit menjelaskan eksposur Indonesia kepada sektor riil di Eropa tidak terlalu besar sehingga dampak krisis Eropa tidak terlalu mempengaruhi keadaan ekonomi domestik.
Dia mengkhawatirkan gangguan ketersediaan valas di pasar uang Indonesia karena penarikan valas oleh investor bisa menyebabkan nilai tukar rupiah yang fluktuatif.
"Ekspor Indonesia yang menurun sebenarnya ada bagusnya sebab kalau negara lain krisis ekonomi, keadaan ekonomi Indonesia tidak terkena imbasnya langsung. Memang pengusaha Indonesia lebih banyak menanamkan modalnya di domestik," jelas dia.
Oleh karena itu untuk menjaga ketersediaan valas di Indonesia, Bank Indonesia mewajibkan eksportir melalui ketentuan Devisa Hasil Ekspor yang harus dimasukan ke bank devisa dalam negeri.
Itu untuk menjaga pasokan valas dan mendalamkan pasar valas di Indonesia sehingga antara permintaan dan persediaan valas dapat terpenuhi secara seimbang.
No comments:
Post a Comment