Kelompok industri penerbangan IATA, Senin (11/6) memperingatkan, keuntungan global akan berkurang lebih dari separuhnya pada tahun ini, menyusul melonjaknya harga minyak dan krisis zona euro, dengan operator Eropa menderita kerugian sebesar 1,1 miliar dolar AS.
Tony Tyler, kepala Asosiasi Transportasi Udara Internasional (International Air Transport Association), juga mengecam sebuah skema pajak karbon kontroversial yang diberlakukan oleh Uni Eropa, memukul kelompok industri sebagai sebuah "hambatan polarisasi untuk kemajuan riil".
Tyler mengatakan dalam pertemuan umum tahunan kelompok itu di Beijing bahwa "2012 adalah tahun yang penuh tantangan. Kami berharap pendapatan sebesar 631 miliar dolar AS, tetapi labanya hanya tiga miliar dolar AS". Itu dibandingkan dengan keuntungan 7,9 miliar dolar AS pada 2011, angka IATA menunjukkan.
Tyler menunjuk biaya minyak sebagai alasan untuk "lesunya profitabilitas global" dan IATA mengatakan, pihaknya memperkirakan harga rata-rata secaea keseluruhan sebesar 110 dolar AS per barel tahun ini, memperingatkan risiko politik bisa mendorong hal ini.
Minyak mentah Brent saat ini duduk di 100 dolar AS per barel sementara West Texas Intermediate sekitar 85 dolar AS, meskipun keduanya turun lebih dari 20 dolar AS dari puncak multi tahun awal tahun ini.
Tetapi Tyler menambahkan: "Risiko terbesar dan paling cepat ... adalah krisis di zona euro. Jika berkembang menjadi krisis perbankan kita bisa menghadapi resesi benua luas, menyeret seluruh dunia dan keuntungan kami turun."
Dalam pernyataan yang dirilis sehubungan pertemuan umum tahunan yang dimulai Senin, IATA mengatakan telah menurunkan prospek untuk maskapai penerbangan Eropa pada 2012, memproyeksikan kerugian sebesar 1,1 miliar dolar AS dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya sebesar kerugian 600 juta dolar AS.
Perkiraan tersebut datang meskipun angka menunjukkan 5,6 persen pada pertumbuhan tahun ke tahun dalam lalu lintas penumpang Eropa pada April dan prediksi jumlah penumpang secara global akan meningkat menjadi hampir tiga miliar tahun ini dibandingkan 2,8 miliar pada 2011.
No comments:
Post a Comment