Sudono Salim atau lebih dikenal dengan Liem Sioe Liong menjadi perbincangan pers internasional pada 1983. Ia dinobatkan sebagai salah satu dari 12 bankir terkaya di dunia oleh majalah AS Institutional Investor yang tayang pada Juli 1983. Di usianya yang ke-67 tahun, Majalah itu menulis kekayaan Liem mencapai satu miliar dolar lebih.
Prestasi yang dicapai Liem dan kelompoknya memang luar biasa. Sebelum memiliki lusinan perusahaan besar, Liem memulai usaha kecil-kecilan sebagai pengusaha minyak kacang, dan pensuplai cengkeh untuk pabrik rokok kretek di Kudus, Jawa Tengah. Pada 1968, dua tahun sesudah lahirnya Orde Baru, pengusaha yang di kalangannya dikenal dengan sebutan "Liem botak" ini pun beroleh hak monopoli impor cengkeh melalui PT Mega miliknya, di samping PT Mertju Buana, importir besar cengkeh punya pengusaha Probosutedjo.
Ruang lingkup usaha Liem terus merajalela, berbaur antara dunia perdagangan, industri, dan perbankan. Di bidang yang terakhir itulah namanya menjadi sorotan dunia dan menempatkannya sebagai salah satu bankir terkaya di dunia.
Majalah Tempo pernah mengulas keberhasilan sang taipan yang lahir di Fukien, Cina Selatan, itu pada edisi 2 Juli 1983. Dalam Majalah Tempo yang terbit 28 tahun lalu itu, tertulis bahwa Bank Central Asia (BCA), yang berdiri 21 Februari 1957 membuat nama Liem meroket sebagai salah satu dari selusin bankir terkaya di dunia.
Di BCA, Liem Sioe Liong duduk sebagai komisaris utama, sedang direktur utamanya adalah Mochtar Ryadi, bankir terkemuka yang tadinya mendirikan dan memimpin Panin Bank.
Saat ini, BCA tak lagi dimiliki oleh keluarga Salim sepenuhnya. Setelah dibantu melewati krisis moneter pada 1997, BCA kemudian menjadi perusahaan publik pada 2000. Secara bertahap Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) yang mengambil alih BCA, melepas sahamnya. Pada 2002, Farindo Investment, Ltd., yang berbasis di Mauritius, memenangkan tender penempatan privat yang strategis.
Komposisi pemegang saham BCA pada 30 Juni 2009 adalah FarIndo Investments (Mauritius) Ltd qualitate qua (qq) Farallon Capital Management LLC (Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono) sebanyak 47,15 persen, saham dibeli kembali PT Bank Central Asia Tbk (treasury stock) sebanyak 1,18 persen, masyarakat 49.94 persen. Anak Om Liem, Anthony Salim, hanya memegang saham sebesar 1,76 persen.
No comments:
Post a Comment