Sudono Salim alias Liem Sioe Liong, pengusaha nasional yang wafat di Singapura, Minggu 10 Juni 2012 pernah tercatat menjadi orang terkaya ke-25 dari Asia Tenggara pada 2004 dengan nilai kekayaan sekira 655 miliar dolar Amerika Serikat (AS).
Majalah Forbes yang berkantor pusat di nomor 90, 5th Avenue, New York, NY 10011, AS, itu juga mencatat Oom Liem, sapaan akrab bagi Sudono Salim, lahir di kota Fujian, China, mulai masuk ke Indonesia saat masih bernama Hindia Belanda pada 1936. Saat itu, Liem bergabung dengan kakak iparnya, Zheng Xusheng, di Medan, Sumatera Utara, guna berbisnis kelapa sawit.
Selain itu, Liem dan Zheng kala itu mulai dikenal sebagai jagonya bisnis tembakau kualitas tinggi yang mampu memenuhi selera bursa dunia di Bremen, Jerman. Mereka tentu saja berbisnis pula di bidang rokok kretek.
Beberapa sumber menyebut keduanya juga berbisnis obat dan alat kesehatan, serta persenjataan yang ikut mendukung perjuangan pasukan pergerakan Indonesia melawan Belanda di awal kemerdekaan Republik Indonesia. Namun, Oom Liem sempat membantah pernah berbisnis senjata.
Namun, Liem tidak pernah membantah hubungan bisnisnya dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI) lantaran Presiden RI periode 1966-1998, HM Soeharto (1921-2008), mengakui dekat dengannya sejak masih bertugas di Komando Daerah Militer (Kodam) Diponegoro, Jawa Tengah.
Soeharto dalam beberapa kesempatan pertemuan dengan kalangan pebisnis nasional mengakui bahwa Liem dikenalnya saat mendukung perjuangan Indonesia, antara lain memasok kebutuhan obat dan tata kelola beras untuk TNI dan masyarakat luas, utamanya di Jawa Tengah.
Buku "Kisah Sukses Liem Sioe Liong" garapan Eddy Soetriyono juga menorehkan hubungan Oom Liem dengan Soeharto sejak masa revolusi kemerdekaan RI.
Mereka tetap menjalin kontak, bahkan Soeharto dalam temu bisnis di Jimbaran, Bali, sekira setahun sebelum lengser selaku Presiden RI, banyak memperoleh gagasan dari Liem. Soeharto saat itu berkeinginan pengusaha nasional lebih banyak berkontribusi dalam pembangunan nasional.
Hanya saja, setelah reformasi 1998 yang memicu berhentinya HM Soeharto dari jabatan Presiden RI, Oom Liem memilih bermukim di Singapura. Hal ini mungkin lantaran kediamannya di Jakarta dan Medan saat itu menjadi sasaran amukan massa yang menyebut diri pro-reformasi.
Saat krisis ekonomi melanda RI pada 1998, Oom Liem tercatat memiliki utang bisnis mencapai 4,8 miliar dolar AS. Nilai utang ini mengguncang kerajaan bisnis yang didirikannya, antara lain Indofood, Indomobil, Indocement, Indosiar, BCA, Indomaret, Indomarco. Sejumlah perusahaan tersebut kini banyak yang beralih pemilik saham dominannya.
No comments:
Post a Comment