Industri jamu terkemuka, PT Sido Muncul (Tbk), sudah menjadi perusahaan publik sejak melakukan penawaran saham perdana (IPO) pada pertengahan Desember 2013. Kini sebanyak 81 persen sahan Sido Muncul telah dikuasai publik.
Direktur Utama Sido Muncul Irwan Hidayat menilai banyaknya saham publik di perusahaannya menunjukkan bahwa pabrik jamu asal Semarang, Jawa Tengah, itu dipercaya masyarakat luas. Ia menyebut salah satu pertimbangannya untuk menjadi perusahaan publik adalah agar Sido Muncul menjadi perusahaan transparan sehingga mendapat kepercayaan masyarakat. "Sekarang tidak ada yang bisa ditutupi. Keuangan transparan, cara pembuatan juga transparan," katanya di Surakarta, Kamis, 21 Agustus 2014.
Menurut Irwan, saat pertama kali melantai di bursa setengah tahun silam, saham Sido Muncul dilepas di harga Rp 580 per lembar. "Selanjutnya naik turun. Pernah jadi Rp 805 per lembar, pernah juga Rp 950 per lembar. Naik turun tergantung situasi," kata dia.
Irwan mengaku sama sekali tidak punya niat untuk membeli kembali saham Sido Muncul yang telah dilepas (buyback). Menurut dia, tidak ada untungnya membeli kembali saham sendiri. "Buat apa? Kecuali kalau suatu hari masyarakat tidak percaya lagi (Sido Muncul), ya di buyback," ucapnya.
Ihwal sisa saham yang belum dilepas ke publik sebanyak 19 persen, Irwan mengaku belum ada rencana untuk menjualnya. Sebab, belum ada rencana pengembangan perusahaan dalam waktu dekat. "Saya juga tidak ingin menggoreng saham atau melakukan trik supaya nilai sahamnya naik. Pokoknya diserahkan ke bursa. Saya hanya menjalankan perusahaan dengan hati-hati agar jangan rugi," katanya.
Irwan mengungkapkan selama tahun 2013, Sido Muncul telah meraup untung senilai Rp 405 miliar. Sebanyak 99 persen dari keuntungan itu telah dibagikan ke pemegang saham. Untuk tahun ini, dia menargetkan keuntungan perusahaan minimal sama seperti tahun lalu.
Saat ini lima persen produk Sido Muncul diekspor ke berbagai negara, seperti Amerika, Australia, ASEAN, Timur Tengah, dan negara-negara Eropa. Porsi ekspor relatif kecil karena pasar dalam negeri sendiri tumbuh pesat.
No comments:
Post a Comment