Sunday, August 10, 2014

Anomali Hukum Ekonomi : Pasokan Gas Melimpah, Pertamina Naikan Harga Gas Elpiji 12 Kg

Ketua Dewan Pimpinan Daerah Hiswana Migas wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten, Juan Tarigan, menyatakan siap melaksanakan rencana Pertamina yang mengusulkan kenaikan harga elpiji berukurang 12 kilogram. Sebelum keputusan itu dilaksanakan, dia meminta agar Pertamina menghitung rencana tersebut dengan matang. "Jangan sampai seperti sebelumnya, dinaikkan tapi beberapa hari kemudian dibatalkan," kata Juan saat dihubungi, Ahad, 10 Agustus 2014

Dibatalkannya kenaikan elpiji beberapa waktu lalu, pengusaha sempat mengalami kerugian. Sebabnya saat itu, pembelian elpiji dilakukan berdasarkan harga baru yang ditetapkan oleh Pertamina. Namun lantaran kenaikan harga dibatalkan, pengusaha pun menjual gas dengan harga lama. "Saya lupa selisih harganya, tapi kami merugi," kata Juan. Pengusaha memang terbiasa membeli LPG dalam jumlah banyak untuk stok.

Pemerintah berencana merumuskan harga baru untuk elpiji berukuran 12 kilogram. Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Susilo Siswoutomo mengatakan harga yang berlaku selama ini, merugikan Pertamina karena di bawah harga yang berlaku di pasar.

Pertimbangan pemerintah lainnya untuk merevisi harga elpiji adalah besarnya kebutuhan gas per tahun yang mencapai 4,3 juta ton. Sementara itu, produksi gas domestik hanya mampu mencukupi sekitar 1,3 juta ton per tahun. "Makanya pemerintah harus mengimpor gas elpiji sampai dengan 3 juta ton per tahun dengan anggaran impor kira-kira US$ 1.000 untuk 1 ton gas LPG," ujar Susilo. Dengan demikian, pemerintah harus merogoh kocek hingga US$ 3 miliar atau setara Rp 35,5 triliun untuk mengimpor gas elpiji.

Berdasarkan kalkulasi tersebut, ia menambahkan, pemerintah perlu menaikkan harga sesuai harga pasar. Berdasarkan data Pertamina, harga elpiji 12 kilogram berkisar antara Rp 89 ribu-100 ribu. "Idealnya elpiji 12 kilogram tidak lagi disubsidi, sedangkan elpiji 3 kilogram masih boleh disubsidi karena untuk masyarakat ekonomi menengah ke bawah," katanya. Usulan ini sudah diajukan ke Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pekan lalu.

PT Pertamina (Persero) berencana menaikkan harga elpiji nonsubsidi atau ukuran 12 kilogram secara bertahap. Kenaikan harga akan dimulai 1 Juli 2014 sebesar Rp 1.000 per kilogram. "Kenaikan harga akan terus bertahap sampai tercapai harga keekonomian pada 2016," kata juru bicara Pertamina, Ali Mundakir,, Rabu, 12 Februari 2014. Ali mengatakan harga elpiji 12 kilogram pada 1 Juli 2014 naik ketika inflasi sudah turun. "Namun rencana kenaikan pada bulan apa pun pasti akan menimbulkan pro-kontra," ujarnya.

Soal rencana kenaikan tersebut, kata Ali, Pertamina telah melaporkan pada pemerintah. Perusahaan pelat merah tersebut sudah melaporkan hal itu ke Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral serta Menteri Badan Usaha Milik Negara dalam surat resmi tertanggal 15 Januari 2014. Mulai 1 Juli 2014, harga elpiji 12 kilogram naik Rp 1.000 per kilogram. Setelah 1 Juli 2014, kenaikan bertahap Rp 1.500 per kilogram pada 1 Januari 2015 dan Rp 1.500 per kilogram mulai 1 Juli 2015.

Selanjutnya, pada 1 Januari 2016, harga elpiji akan naik lagi Rp 1.500 per kilogram. Sedangkan pada 1 Juli 2016, elpiji naik Rp 1.500 per kilogram, dan diperkirakan harga elpiji 12 kilogram di tingkat konsumen sudah mencapai Rp 180.000 per tabung.Lonjakan harga elpiji tabung 3 kilogram terjadi di beberapa kecamatan di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Di pasaran, harga gas rumah tangga bersubsidi ini naik dari Rp 17 ribu per tabung menjadi Rp 28 ribu.

Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cianjur Judi Adi Nugroho,tidak menampik jika harga elpiji 3 kilogram ini masih tinggi di beberapa wilayah Kabupaten Cianjur. Menurut dia, harganya variatif mulai Rp 18 ribu hingga Rp 28 ribu per tabung.

"Sekarang gas mahal. Kemarin kami juga mendapatkan laporan harga elpiji 3 kilogram ada yang mencapai Rp 27 ribu per tabung. Dari pantauan kami, gas tersebut harganya mencapai Rp 22 ribu per tabung," kata Judi, Selasa, 18 Februari 2014. Menurut Judi, ketersediaan gas bersubsidi ini sebenarnya sudah cukup melimpah. Dia memperkirakan harga gas melambung karena ada kepanikan warga yang khawatir tidak mendapatkan elpiji. Hal itu berdasarkan fenomena antrean saat membeli gas.

"Yang lebih dikhawatirkan lagi, ada pembelian antar-pengecer. Jadi si pengecer membeli ke pengecer lagi dengan harga Rp 17-18 ribu, lalu dijual Rp 20-22 ribu per tabung kepada konsumen," ujarnya. Lebih lanjut Judi menerangkan bahwa pihaknya akan berkoordinasi dengan Dewan Pimpinan Cabang Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi Kabupaten Cianjur untuk mengusulkan ekstra droping. Jadi, jika gas bersubsidi melimpah, warga tidak akan panik dan membeli stok sebanyak-banyaknya.

"Upaya untuk mengantisipasi melambungnya harga elpiji, jalan satu-satunya gas harus melimpah. Dengan begitu, warga juga tidak akan panik," katanya.

No comments:

Post a Comment