Monday, August 4, 2014

Efek Jokowi Terhadap Penguatan Rupiah Ternyata Kurang Dari Umur Jagung

Sentimen negatif dari pasar regional dan defisit neraca perdagangan kembali membuat rupiah keok terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Di transaksi pasar uang hingga pukul 12.00 WIB, Senin, 4 Agustus 2014, rupiah ditransaksikan di kisaran 11.738 per dolar AS. Rupiah langsung ambruk 160 poin (1,38 persen) di hari perdagangan pertama setelah libur panjang. Posisi terakhir rupiah sebelum liburan berada di kisaran 11.578 per dolar AS.

Ekonom PT Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih, mengatakan rupiah terseret arus pelemahan mata uang regional yang terjadi selama libur panjang. Pasar keuangan global dikejutkan dengan isu default utang luar negeri Argentina dan diturunkannya peringkat utang Argentina oleh S&P dari CCC menjadi Selective Default (SD). "Tekanan Argentina ini membuat aksi jual di seluruh pasar uang global," dia menjelaskan.

Menurut Lana, koreksi yang terjadi selama pekan kemarin cenderung membuka peluang rebound bagi sebagian pasar Asia. Namun, pasar Indonesia baru buka pada hari ini sehingga kemungkinan akan mendapat giliran koreksi.

Di saat yang sama, rilis data neraca perdagangan bulan Juni kembali mengalami defisit sebesar US$ 300 juta. Ekspor Indonesia Juni 2014 mencapai US$ 15,42 miliar dan nilai impor mencapai US$ 15,72 miliar. Defisit neraca perdagangan ini membuat risiko peningkatan permintaan dolar di bulan-bulan ke depan.

Sentimen pilpres sebenarnya telah menjaga rupiah bertahan di kisaran 11.500-11.600 sebelum libur panjang. sayangnya, kondisi regional yang memburuk serta fundamental ekonomi yang mengecewakan membuat rupiah kembali tertekan. "Pelemahan rupiah dikhawatirkan berlanjut hingga level 12.000 per dolar jika tidak ada penjagaan Bank Indonesia," ujar Lana.

No comments:

Post a Comment