Dia adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di salah satu kementerian. “Ojo (jangan) disebut instansinya apa, ndak enak nanti,” kata Wardana. Dia baru ikut MMM selama enam bulan. Tapi sudah mendapat uang Rp 30 Juta dari MMM. Lima bulan lalu dia tak percaya saat atasannya menawarkan. Tapi kemudian setuju membuat akun dengan dana awal Rp 5 Juta. “Pertama kali disuruh transfer uang ke orang yang sama sekali nggak gue kenal, tau ga, gue galau habis transfer uang,” kata Wardana sambil cekikikan.
Namun kepercayaannya muncul begitu rekeningnya masuk uang sebesar Rp 6,5 Juta bulan depannya. Dia lekas membuat lima akun. Setiap akun Ia isi uang Rp 10 Juta. Totalnya Ia memasang Rp 50 Juta. Dari situlah selama dua bulan Ia melipatgandakan uangnya sampai memiliki Rp 35 juta dari bunga dan bonus MMM. Rupanya, kata Wardana, dengan membuat lima akun baru dan meninggalkan akun pertamanya yang hanya berisi Rp 5 Juta, dia mendapat bonus 10 persen dari lima akun baru yang Ia buat sendiri. Makanya dari membuat akun baru saja dia sudah mendapat uang Rp 5 Juta, karena setiap akun baru diisi uang Rp 10 Juta.
Setelah itu Wardana menyelamatkan uang hasil kerja sebesar Rp 50 Juta yang Ia mainkan di MMM. Dia memilih menyimpan uang itu dalam bentuk tabungan. Sekarang Ia hanya memiliki empat akun. Tiga akun Ia sediakan Rp 10 Juta dan satu akun Ia isi Rp 5 Juta. Seluruhnya adalah hasil bermain di MMM. “Jadi mau uang tiga puluh juta itu hilang saya tak lagi peduli. Biarkan uang itu berputar disitu,” kata Wardana.
Dari situ Ia mendapat pemasukan Rp 10 Juta tiap bulan dan sudah Ia rasakan tiga bulan berikutnya sejak Ia mengamankan uang Rp 50 Juta hasil kerjanya. Kini uang gajinya sebagai PNS utuh tak tersentuh. Cara mendapatkan uang makin aneh-aneh saja. Kini muncul semacam ‘investasi’ keuangan dengan bunga 30 persen per bulan. Artinya dengan uang sebesar Rp 10 Juta saja seseorang sudah mendapat bunga Rp 3 Juta per bulan. Tanpa perlu melakukan usaha apapun sehingga sangat cocok untuk pegawai pemerintah.
Di Indonesia ini disebut Manusia Membantu Manusia (MMM). Tapi nama sebenarnya adalah Mavrodi Mondial Moneybook (MMM). Selama dua tahun berjalan, belum ada anggotanya mengeluh rugi. Di MMM anggotanya tak menyetor uang ke satu rekening perusahaan. Tapi mereka hanya membuat akun di website MMM dengan dana ‘investasi’ yang mereka inginkan. Dana itu kemudian hanya tercatat di akun itu. Sementara uangnya tetap berada di rekening masing-masing anggota.
Setelah itu dalam tiga atau lima hari sistem MMM akan memerintahkan anggota mentransfer uang. Tapi uang ditransfer langsung ke rekening orang yang telah ditentukan sistem MMM. Setelah uang ditransfer dan penerimanya melakukan konfirmasi bahwa telah menerima dana tersebut melalui akun, maka anggota yang tadinya mentransfer akan mendapat giliran ditransfer uang pada bulan depannya. Tentunya dengan tambahan bunga 30 persen.
Di MMM satu akun maksimal berisi uang Rp 10 Juta dan minimal Rp 1 Juta. Apabila ingin lebih, maka harus membuat akun baru. Pada dasarnya anggota boleh memiliki lebih dari satu akun asalkan dia membuatnya dengan email berbeda.Cara meraih uang kini mulai banyak jenisnya, salah satunya arisan Manusia Membantu Manusia (MMM). Namun tidak ada satupun anggota MMM yang mengetahui dimana letak kantornya.
Ditelusuri melalui situs who.is, sebuah situs untuk mengetahui informasi sebuah website, ternyata website sergey-mavrodi-mmm sudah ada sejak 12 November 2012. Lalu akan habis pada 12 November 2014. Namun admin MMM sudah mengupdatenya sejak 14 Juli 2013. Dari informasi melalui website who.is, tercatat bahwa websiteMMM memakai server di Republik Panama. Selain tak terdapat informasi lain, baik nama perusahaan maupun alamat.
Namun, penelusuran akun facebook Robertus Julyanto aktif membahas soal MMM. Berdasarkan informasi dari anggota MMM maupun berbagai sumber, Robertus Julyanto adalah pembawa MMM ke Indonesia. Sebelumnya MMM ini hanya ada di Rusia. Sebab pembuatnya adalah warga negara Rusia berdarah campuran Ukraina dan Yahudi.
Di akun facebooknya, Robertus kelihatan mengeluarkan berbagai pengumuman. Mulai dari pengumuman pemblokiran akun partisipan MMM yang dinilai tidak tertib, maupun postingan mengenai seminar MMM di berbagai kota. Bukan cuma itu, Robertus juga memposting foto-foto anggota MMM. Beberapa diantaranya adalah foto anggota MMM yang berasal dari kalangan aparat.
Diantaranya adalah foto tiga aparatur negara dari Kementerian Hukum dan HAM dengan seragam biru langitnya sedang berpose di depan sebuah Lapas sambil membentuk jarinya menjadi huruf M. Ini adalah pose khas anggota MMM. Lalu ada pula foto delapan tentara berseragam tempur dengan jari membentuk huruf M. Kemudian anggota polisi juga dipampang fotonya di akun facebook Robertus.
Selanjutnya berisi komentar para member MMM. Di akhir kalimat komentarnya, anggota MMM ini selalu menulis LL MMM. Ini adalah kependekan dari Long Life MMM. Bahkan beberapa anggota pegawai negeri tersebut berkomentar dengan harapan MMM terus hidup sampai keturunan ketujuh cucu-cucunya.
Tapi nama sebenarnya dari MMM adalah Mavrodi Mondial Moneybook (MMM). Selama dua tahun berjalan, belum ada anggotanya mengeluh rugi. Di MMM anggotanya tak menyetor uang ke satu rekening perusahaan. Tapi mereka hanya membuat akun di website MMM dengan dana investasi yang mereka inginkan. Dana itu kemudian hanya tercatat di akun itu. Sementara uangnya tetap berada di rekening masing-masing anggota.
Setelah itu dalam tiga atau lima hari sistem MMM akan memerintahkan anggota mentransfer uang. Tapi uang ditransfer langsung ke rekening orang yang telah ditentukan sistem MMM. Setelah uang ditransfer dan penerimanya melakukan konfirmasi bahwa telah menerima dana tersebut melalui akun, maka anggota yang tadinya mentransfer akan mendapat giliran ditransfer uang pada bulan depannya. Tentunya dengan tambahan bunga 30 persen.
Di MMM satu akun maksimal berisi uang Rp 10 Juta dan minimal Rp 1 Juta. Apabila ingin lebih, maka harus membuat akun baru. Pada dasarnya anggota boleh memiliki lebih dari satu akun asalkan dia membuatnya dengan email berbeda. Arisan Manusia Membantu Manusia (MMM) dinilai sebagai sebuah bentuk investasi berisiko tinggi. Seseorang bisa saja tidak mendapat pengembalian uang yang diinvestasikan.
Analis Investasi Aris Tjendra mengatakan sebenarnya model arisan MMM sudah diambang kehancuran. Penanda MMM akan runtuh adalah ketika saat seseorang baru menjadi anggota baru, maka dalam waktu kurang dari satu jam dia sudah diberi perintah untuk mentransfer uang ke rekening anggota lain. Itu mengartikan MMM sudah kekurangan anggota.
Sebaliknya,MMM tetap eksis ketika seseorang menjadi anggota baru dia tak lekas disuruh mentransfer uang. Namun harus menunggu sampai tiga hari atau lebih baru disuruh mentransfer dana. "Itu artinya kondisi MMM sangat sehat," kata Aris, Selasa(5/8/2014). Aris mengatakan, di MMM ada istilah provide help dan get help. Provide help adalah istilah ketika seorang anggota mesti mentransfer sejumlah uang ke rekening anggota lain. Sedangkan get help adalah ketika seorang anggota meminta ditransfer sejumlah uang ke rekeningnya.
Uang memang bisa membutakan segalanya. Arisan MMM juga membutakan sejumlah PNS yang terbiasa mendapat uang mudah dan banyak. Salah satunya Sobirin (30), dia bekerja disebuah kementerian di Jakarta. Untuk ikut MMM, Solihin menjual mobil Toyota Avanzanya. Sampai kini Sobirin sudah nyaris setahun ikut MMM.
Padahal mobil itu Ia beli dari pinjaman bank. Dia meminjam Rp 80 Juta ke bank untuk membeli mobil itu. Sisanya Ia tambahkan dari tabungan dia dan istrinya untuk melunasi mobil tersebut. Sehingga Ia hanya mencicil Rp 1,5 Juta per bulan selama delapan tahun ke bank.
Tapi belum sampai satu tahun, lantaran tergiur MMM, Sobirin memilih menjual mobilnya. Dia menjualnya hanya Rp 100 Juta, jauh dari harga pasaran Avanza yang masih Rp 150 Juta. Sebab dia ingin cepat mendapat dana segar untuk ikut MMM, apalagi sekarang mendapat dana segar mulai sulit dengan adanya KPK. Akibat ulah Sobirin, istrinya sempat ngamuk. Tapi kemudian jadi tersenyum setelah semuanya kembali.
Sobirin lebih nekad lagi. Uang penjualan mobil itu seluruhnya Ia ikutkan MMM. Dia membuat sepuluh akun dari uang Rp 100 Juta. “Saya cuma pikir begini. Saya tak punya kemampuan berbisnis, lagi pula tak ada waktu. Kemudian setiap bulan, gaji saya abis buat mencicil mencicil Rp 1,5 Juta akibat pinjaman ke bank. Itupun urunan dengan istri. Jadi tak berat sebenarnya. Makanya kalaupun uang seratus juta itu lenyap akibat MMM, saya tak akan terlalu rugi. Saya masih tetap hidup kok dan pasti lancar-lancar saja sampai tua. Makanya saya berani memasukkan semuanya untuk ikut ke MMM,” kata Sobirin.
Sobirin panik begitu seluruh uang sebesar Rp 100 Juta itu ditransfer ke orang-orang yang tak Ia kenal. Dia mengaku sempat merasa bodoh, tambah lagi istrinya marah-marah nyaris setiap malam. Akibatnya selama sebulan pertama ikut MMM Sobirin kehilangan nafsu makan. Lalu kerja di kantor pun jadi tak konsentrasi. Untung teman-temannya sudah banyak yang ikut dan meraih untung, makanya kekhawatirannya mereda.
Berikutnya dalam lima bulan uang Sobirin kembali berlipat-lipat. Dia mendapat Rp 150 Juta hanya dari bunga 30 persen di lima bulan pertama. Sampai disitu keserakahan Sobirin muncul. Bukannya mengamankan uang, Ia justru membuat lima akun lagi. Sehingga dia memiliki 15 akun MMM. Tiga bulan sesudahnya atau delapan bulan sesudah Ia ikut MMM pertama kali, baru dia sadar. Ketika itu Ia sudah mengumpulkan uang sebesar Rp 240 Juta hanya dari bunga MMM saja.
Selanjutnya dia memilih mengamankan uang sebesar Rp 100 Juta yang jadi modal awal. Tapi lebih dari separuhnya oleh Sobirin uang itu Ia pakai untuk menutup hutang di bank sebesar Rp 60 Juta. Kemudian sisanya Ia masukkan tabungan. Sedangkan uang sebesar Rp 240 Juta yang Ia dapat dari bunga MMM, separuhnya Ia pakai membeli mobil. Lalu Rp 100 Juta Ia mainkan kembali di MMM. Selama dua bulan ini dia sudah mendapat Rp 60 Juta lagi.
“Mungkin seratus juta itu akan saya pakai terus untuk ikut MMM. Tak akan saya tarik. Lagipula itu uang yang saya dapat dari bermain MMM. Jadi kalau hilang ya biarkan saja. Lagipula saya terus menarik untung,” kata Sobirin.
Terkait legalitasnya, MMM bermain di area yang amat abu-abu. Artinya hukum belum menyentuh wilayah dimana MMM menjalankan sistemnya. Analis Investasi, Aris Tjendra mengungkapkan hal itu ketika dihubungi Jumat (18/7) siang. Pertama, kata Aris, MMM tak perlu mendapat izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sebab MMM tak menarik dana masyarakat. Berbeda dengan bank maupun saham dan produk derivatif keuangan lainnya seperi Forex dan Index.
Kedua, ucap Aris, MMM juga tak bisa dibilang sebagai produk investasi. Bagi Aris apabila MMM disebut sebagai produk investasi justru akan jadi perdebatan. Sebab dari beberapa unsur investasi, MMM hanya menjanjikan return saja.
“Kalau dengan unsur return saja MMM kemudian dianggap produk investasi, maka dia harus terdaftar di OJK. Makanya ini sebenarnya wilayah abu-abu yang masih kurang jelas pengaturannya,” kata Aris. Ketiga, jelas Aris, MMM juga tak bisa disebut sebagai MLM. Makanya MMM tak perlu terdaftar di Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI). Arisan MMM benar-benar menolong sejumlah pegawai negeri sipil. Mereka tak perlu berhutang untuk berlebaran di kampung halaman.
Novri Wardana (28), seorang PNS di sebuah kementerian di Jakarta, juga mengakui hal ituketika ditemui di rumahnya beberapa waktu lalu. Saat Lebaran 2013 lalu, kata Wardana, dia terpaksa meminjam Rp 10 Juta ke bank untuk merayakan Lebaran di kampung halamannyaya di Ambarawa, Jawa Tengah. Uang itu kemudian Ia bayar mencicil bersama istrinya enam bulan berikutnya. Sekarang Wardana mengaku tak pusing darimana harus mendapat uang berlebaran. “Sudah cukup semua. Saya cuti sampai 9 Agustus. Mau puas-puasin di kampung,” kata Wardana.
Begitu juga Solihin, rekan satu kantor Wardana, mengaku selama empat tahun menjalani rumah tangga, dia atau istrinya selalu mengajukan pinjaman ke koperasi atau ke bank saat Lebaran tiba. Walau tak banyak, tapi kadang Solihin geleng-geleng kepala dengan kebiasaan itu. Biasanya dia meminjam uang antara Rp 10 sampai Rp 15 Juta saat Lebaran. Untuk Lebaran Solihin selalu mengambil pinjaman dari koperasi. Sedangkan pinjaman bank hanya Ia pakai untuk yang besar, yakni membeli rumah dan mobil.
“Tapi mau sampai kapan ketergantungan terus sama bank. Capek juga kan pinjam uang, lalu mencicil. Jadi tahun ini adalah tahun pertama saya tak pinjam ke koperasi untuk Lebaran,” kata Solihin.
Kedua, ucap Aris, MMM juga tak bisa dibilang sebagai produk investasi. Bagi Aris apabila MMM disebut sebagai produk investasi justru akan jadi perdebatan. Sebab dari beberapa unsur investasi, MMM hanya menjanjikan return saja.
“Kalau dengan unsur return saja MMM kemudian dianggap produk investasi, maka dia harus terdaftar di OJK. Makanya ini sebenarnya wilayah abu-abu yang masih kurang jelas pengaturannya,” kata Aris. Ketiga, jelas Aris, MMM juga tak bisa disebut sebagai MLM. Makanya MMM tak perlu terdaftar di Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI). Arisan MMM benar-benar menolong sejumlah pegawai negeri sipil. Mereka tak perlu berhutang untuk berlebaran di kampung halaman.
Novri Wardana (28), seorang PNS di sebuah kementerian di Jakarta, juga mengakui hal ituketika ditemui di rumahnya beberapa waktu lalu. Saat Lebaran 2013 lalu, kata Wardana, dia terpaksa meminjam Rp 10 Juta ke bank untuk merayakan Lebaran di kampung halamannyaya di Ambarawa, Jawa Tengah. Uang itu kemudian Ia bayar mencicil bersama istrinya enam bulan berikutnya. Sekarang Wardana mengaku tak pusing darimana harus mendapat uang berlebaran. “Sudah cukup semua. Saya cuti sampai 9 Agustus. Mau puas-puasin di kampung,” kata Wardana.
Begitu juga Solihin, rekan satu kantor Wardana, mengaku selama empat tahun menjalani rumah tangga, dia atau istrinya selalu mengajukan pinjaman ke koperasi atau ke bank saat Lebaran tiba. Walau tak banyak, tapi kadang Solihin geleng-geleng kepala dengan kebiasaan itu. Biasanya dia meminjam uang antara Rp 10 sampai Rp 15 Juta saat Lebaran. Untuk Lebaran Solihin selalu mengambil pinjaman dari koperasi. Sedangkan pinjaman bank hanya Ia pakai untuk yang besar, yakni membeli rumah dan mobil.
“Tapi mau sampai kapan ketergantungan terus sama bank. Capek juga kan pinjam uang, lalu mencicil. Jadi tahun ini adalah tahun pertama saya tak pinjam ke koperasi untuk Lebaran,” kata Solihin.
Bertahannya MMM selama dua tahun adalah sebuah keajaiban sekaligus fenomena. Cuma sedikit metode pengumpulan uang seperti itu bisa bertahan lebih dari setahun. “Yang seperti itu sudah banyak muncul di Indonesia. Tapi kebanyakan gulung tikar sebelum usianya setahun,” kata Analis Investasi, Aris Tjendra, Jumat (18/7) siang. Saat dihubungi, Aris mengaku belum tahu tentang MMM. Tapi dia cepat mencari informasi dari sambungan internet di laptopnya. Dalam sekejar Ia mengetahui MMM dan menganalisanya.
Menurut Aris, MMM adalah perpaduan antara arisan dan investasi. Uniknya uang anggotanya tak disetor ke satu akun tertentu. Lalu pembayaran bunga dan bonus para anggota hanya berasal dari penambahan anggota baru. Dari analisa Aris, hanya itulah satu-satunya skema mendapatkan bonus dan bunga. Sebab uang para anggota disimpan di rekening masing-masing anggota dan disetor langsung ke anggota lain begitu diperintah sistem MMM.
Makanya, kata Aris, kunci dari MMM adalah kepercayaan antar anggota MMM. Lalu kepercayaan itu harus bisa terus ditularkan, sehingga makin banyak anggota MMM dan semakin banyak yang percaya dengan MMM. Dengan begitu uang akan terus berputar. “Salah satu yang membuat orang tak ragu-ragu adalah jumlah ‘investasi’ yang kecil. Mulai dari Rp 1 Juta dan maksimal Rp 10 Juta. Rp 10 Juta adalah nilai kecil untuk investasi. Makanya itu mungkin yang membuat anggotanya terus bertambah,” kata Aris.
Menurut Aris, MMM adalah perpaduan antara arisan dan investasi. Uniknya uang anggotanya tak disetor ke satu akun tertentu. Lalu pembayaran bunga dan bonus para anggota hanya berasal dari penambahan anggota baru. Dari analisa Aris, hanya itulah satu-satunya skema mendapatkan bonus dan bunga. Sebab uang para anggota disimpan di rekening masing-masing anggota dan disetor langsung ke anggota lain begitu diperintah sistem MMM.
Makanya, kata Aris, kunci dari MMM adalah kepercayaan antar anggota MMM. Lalu kepercayaan itu harus bisa terus ditularkan, sehingga makin banyak anggota MMM dan semakin banyak yang percaya dengan MMM. Dengan begitu uang akan terus berputar. “Salah satu yang membuat orang tak ragu-ragu adalah jumlah ‘investasi’ yang kecil. Mulai dari Rp 1 Juta dan maksimal Rp 10 Juta. Rp 10 Juta adalah nilai kecil untuk investasi. Makanya itu mungkin yang membuat anggotanya terus bertambah,” kata Aris.
No comments:
Post a Comment