Kebijakan pertanian di Indonesia secara umum bertujuan untuk mencapai swasembada produksi pangan lima komoditas untuk menjamin ketahanan pangan. Deputi Bidang Statistik Produksi, Badan Pusat Statistik, Adi Lumaksono mengatakan, kelima komoditas tersebut adalah beras, gula, jagung, kedelai, serta daging sapi. "Dalam kebijakan pertanian, kita bilang ingin swasembada produksi pangan. Pada pertemuan oktober 2012 Presiden telah mengumpulkan menteri-menteri. Beliau mencanangkan 5 jenis komoditi yang harus swasembada," kata Adi dalam rilis Sensus Pertanian (ST) 2013, di Jakarta, Selasa (12/8/2014).
Pertama, papar Adi, Presiden dan kabinet mencanangkan surplus beras 10 juta ton yang dicapai pada 2013 lalu. Kedua, komoditas gula juga harus bisa swasembada. "Pemerintah beberapa hari yang lalu telah menaikkan HPP. Ini semata untuk meningkatkan gairah petani, dan memenuhi kebutuhan dalam negeri," tutur Adi.
Ketiga, sambung dia, pemerintah menargetkan produksi jagung. Sayangnya, kata Adi, banyak kebutuhan untuk pakan ternak yang masih impor. "Yang keempat ini kedelai. Ini salah satu bahan pokok kegemaran penduduk Indonesia," imbuh Adi. Lebih lanjut dia menambahkan, sebenarnya ada beberapa kekhasan antara produk kedelai lokal Indonesia dengan impor. Sementara itu, untuk meningkatkan produktivitas yang diperlukan tidak hanya soal lahan, melainkan juga soal penggunaan teknologi.
Adapun komoditas kelima yang ditargetkan swasembada adala daging sapi. Adi mengatakan, harga yang melambung tinggi adalah akibat timpangnya permintaan dan penawaran. "Kesiapan untuk mensuplai konsumsi domestik tidak siap. Nampaknya perlu program swasembada daging," jelas Adi.
Namun, lanjut Adi, target swasembada tersebut belum tercapai karena beberapa penyebab. Pertama adalah soal distribusi. Dia mencontohkan kasus daging sapi, di mana sebenarnya Indonesia memiliki sentra penghasil sapi, seperti di NTT dan NTB. Tetapi sayangnya, ketersediaan angkutan ternak belum mendukung.
"Dari sentra belum ada sarana yang memadai. Ini sekarang Kemenhub menyiapkan angkutan ternak yang memdai. PT KAI akan siapkan gerbong khusus ternak, Pelni juga siapkan kapal-kapal," kata dia. Kedua, adalah soal diversifikasi pangan. Orang-orang timur yang umumnya mengkonsumsi sagu malah didorong untuk mengkonsumsi beras, agar dirasa lebih beradab seperti orang-orang di kawasan barat Indonesia. Ketiga, sambung Adi, adalah soal daya saing.
Dia bilang, impor produk pertanian subsektor hortikultura dari Thailand cukup besar. Dari segi kualitas, produk nasional sebenarnya tak kalah saing. Hanya saja konsumen Indonesia senang dengan ukuran yang lebih besar. "Ada Jambu bangkok, durian bangkok, ayam bangkok, perkutut bangkok," sebut Adi.
Badan Pusat Statistik (BPS) melansir hasil Sensus Pertanian (ST) 2013, Selasa (12/8/2014). Deputi Bidang Statistik Produksi, Badan Pusat Statistik, Adi Lumaksono, mengatakan, dari data yang diperoleh, dapat dilihat bahwa tren kontribusi di sektor pertanian dalam Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku menurun.
"Sepuluh tahun yang lalu kontribusi pertanian terhadap PDB sebesar 15,19 persen. Pada 2013, kontribusi pertanian terhada PDB menjadi 14,43 persen," kata Adi. Dia menjelaskan, selama satu dekade, sektor lain berkembang lebih pesar dibanding sektor pertanian. Sehingga, meskipun sektor pertanian mengalami pertumbuhan, namun kontribusinya terhadap PDB menjadi lebih rendah di bawa rata-rata pertumbuhan sektor lain.
Kondisi ini cukup disayangkan, karena pada periode sama, 2013, penduduk yang bekerja di sektor pertanian masih mendominasi. Adi menuturkan, jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian masih tinggi mencapai 38,07 juta orang. Kepala BPS Suryamin menuturkan, diharapkan, hasil ST 2013 ini dapat digunakan oleh pengambil kebijakan untuk membangun sektor pertanian. Suryamin bilang, biasanya para pengambil kebijakan menentukan variable agak muluk-muluk.
Sementara, statician harus menentukan target dengan measurable, dapat diukur. "Banyak yang menganggap sektor pertanian sebelum dioptimalkan. Ini jadi momen pas data apa yang harus ditingkatkan pemerintah," kata Suryamin. Suryamin mengatakan, ada enam subsektor yang dirilis BPS dari ST 2013. Keenam subsektor tersebut adalah tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, serta kehutanan.
No comments:
Post a Comment