Bank Indonesia (BI) tengah meneliti penyebab melemahnya rupiah terhadap dolar Amerika Serikat belakangan ini. Pengamatan mencakup perilaku perbankan, dan yang penting aksi spekulasi dalam perdagangan. "Kalau ada trading yang spekulatif, BI akan mengambil tindakan melaluisupervisory action," ujar Kepala Biro Humas Bank Indonesia Difi A. Johansyah di kantornya kemarin.
Difi mengatakan gerakan rupiah akhir-akhir ini memang sudah eksesif (berlebihan). "Memang ini agak terganggu dengan gerakan di pasaroffshore (luar negeri)," ujarnya. Meski demikian, ia meyakinkan, bank sentral akan selalu mengamankan rupiah agar volatilitasnya tidak liar. "BI akan selalu berada di pasar dan menyediakan valas yang cukup bagi dunia usaha yang membutuhkan dolar," ucapnya.
Pelemahan rupiah saat ini, Difi menjelaskan, mungkin saja terjadi karena ada investor yang melepas Surat Utang Negara dan mengkonversinya ke dolar pada saat yang sama. "Ini menimbulkan tekanan terhadap dolar yang tiba-tiba dalam jumlah besar," ujarnya. Namun dia meyakini pelemahan bersifat sementara. "Tapi sampai kapan, kami belum tahu, karena sentimen pasar terhadap Eropa masih lemah," ujarnya.
Nilai tukar rupiah akhir pekan ini ditutup melemah cukup tajam, mencapai 186 poin (2,01 persen) ke level 9.454 per dolar Amerika Serikat. Kemarin, rupiah ditransaksikan dalam kisaran yang cukup lebar, antara 9.265 dan 9.515 per dolar Amerika Serikat.
Pengamat pasar uang, Lindawati Susanto, menjelaskan bahwa ketidakpastian di Yunani membuat dolar AS kembali terapresiasi terhadap mata uang utama dunia, dan memicu pelemahan rupiah. Peningkatan permintaan dolar AS dari korporat untuk memenuhi kebutuhan rutin membuat rupiah semakin terpuruk.
No comments:
Post a Comment