Penggunaan elpiji bersubsidi di Jakarta, Jawa Barat, Banten, dan Kalimantan Barat diproyeksi melebihi kuota yang ditetapkan pemerintah. Melihat tren konsumsi triwulan pertama, kuota 1,41 juta metrik ton gas elpiji bersubsidi untuk empat provinsi itu bisa jebol. "Kalau tidak kita kendalikan, pada akhir tahun akan ketemu 1,5 juta metrik ton," kata General Manager Fuel Retail Marekting Region III Pertamina Hasto Wibowo di kantor Pertamina Cabang Bandung, Selasa, 22 Mei 2012.
Tahun ini kuota gas elpiji bersubsidi yang dilepas dalam kemasan tabung 3 kilogram untuk empat provinsi itu terhitung lebih besar dibandingkan dengan realisasi konsumsi tahun lalu 1,39 juta metrik ton.
Untuk itu, Pertamina mulai mengetatkan distribusi penyaluran empat provinsi itu. Pengetatan itu, Hasto mengakui, memicu kelangkaan gas bersubsidi di sejumlah daerah di Jawa Barat. ”Begitu kita sesuaikan alokasi ini, mulai ada istilahnya, gejolak,” kata dia.
Menurut dia, Pertamina bisa saja menggelontorkan gas elpijij bersubsidi itu untuk menekan gejolak tersebut. Tapi , kata Hasto, pihaknya khawatir itu hanya akan mencukupi kebutuhan semu. ”Ada yang tidak berhak mendapatkan akan tercukupi oleh elpiji tiga kilogram, ini kondisi yang tidak sehat,” kata Hasto.
Manager LPG dan Gas Product PT Pertamina Region III Zulfikar menjelaskan, pemakaian gas elpiji bersubsidi empat provinsi mulai Januari hingga Maret tercatat menembus 37 ribu metrik ton. Mengikuti tren ini, penggunaannya akan menembus angka 1,5 juta metrik mon. Adapun untuk seluruh Indonesia, pemerintah menetapkan kuota gas elpiji bersubsidi tahun ini 3,606 juta metrik ton.
No comments:
Post a Comment