Semenjak merilis laporan keuangan dalam tiga bulan pertama 2012, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) melemah 7,2%, underperform terhadap IHSG yang hanya turun 0,6% pada periode yang sama. Bagaimana prospek saham BBRI sepanjang tahun ini?
Periset Samuel Sekuritas Joseph Pangaribuan mengungkapkan ada potensi perlambatan pertumbuhan ke depan dikarenakan semakin sulitnya melakukan pembukaan cabang di daerah terutama perkotaan, pertumbuhan kredit mikro Kupedes yang tidak didukung oleh penambahan jumlah kreditur, serta potensi penurunan NIM akibat semakin ketatnya persaingan di kredit mikro.
BRI membukukan pertumbuhan kredit UMKM yang lebih tinggi dari rata-rata bank lainnya pada 2008-2009, namun tidak untuk tahun 2010 dan 2011. Salah satu alasannya dikarenakan semakin sulitnya memperluas cabang dengan agresif seperti halnya tahun 2008-2009.
"Dengan alasan ini juga, kami memperkirakan penambahan cabang tidak lagi agresif ke depannya, terutama di perkotaan," ungkap Joseph dalam riset Samuel Mei 2012.
Penambahan cabang pada 2008 sebanyak 32 unit dan cabang pembantu 107 unit, sedangkan pada 2009 ada penambahan sebanyak 30 unit dan cabang pembantu 97 unit. Penambahan terutama di daerah perkotaan. Sesudah 2009, BRI tidak lagi melakukan penambahan cabang dengan agresif.
Samuel melihat melambatnya pertumbuhan kredit di UMKM di BRI lebih dari sekadar masalah konsolidasi.
Sementara itu, khusus untuk kredit mikro Kupedes (mikro yang tidak termasuk KUR), perlambatan pertumbuhan kredit BRI diyakini karena jumlah debitur yang tidak banyak mengalami perubahan meskipun terdapat 50 juta UMKM yang masih dapat dibiayai oleh perbankan.
Kredit mikro sendiri lebih banyak tumbuh karena tambahan kredit dari debitur lama di mana rata-rata penambahan kredit sekitar 10-15% setiap tahunnya.
"Menurut kami, ke depannya BRI akan sulit menaikkan bahkan mempertahankan pertumbuhan kredit mikro apabila hanya terus mengandalkan penambahan kredit dari debitur lama dikarenakan adanya potensi keterbatasan usaha dari debitur dan juga semakin banyaknya bank lain yang memasuki kredit mikro yang juga berpotensi merebut debitur BRI," ungkapnya.
Sejak pertama kali diluncurkan pada 2008, KUR hanya tumbuh dengan CAGR 10,5% di mana 2008 lalu KUR mencapai Rp4,5 triliun, sedangkan 2011 sebesar Rp11,2 triliun. Namun berbeda dengan kredit mikro, kenaikan KUR didukung dengan kenaikan jumlah nasabah di mana jumlah nasabah saat ini mencapai 1.932 nasabah.
Sistem KUR yang dijamin oleh pemerintah juga memberikan keuntungan bagi BRi dikarenakan KUR hanya memberikan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) sebesar 31,0-36,5% dibandingkan dengan kredit mikro sebesar 75%.
"Kami melihat ke depan BRI akan lebih memfokuskan pertumbuhan pada kredit ini untuk menjaga CAR,".
Samuel beranggapan pertumbuhan kredit mikro Kupedes, karena kenaikan kredit tidak didukung oleh kenaikan jumlah debitur. Saat ini, kompetisi di kredit mikro juga semakin ketat sehingga diperkirakan akan dapat menekan suku bunga kredit mikro.
Oleh karena itu, Samuel merubah asumsi terutama dengan menyesuaikan pertumbuhan kredit dan suku bunga pinjaman. Pertumbuhan kredit diturunkan menjadi 20% tahun ini dari sebelumnya 22% dan 19,5% pada 2013 dari sebelumnya 22%.
Sementara itu, Samuel juga menurunkan NIM menjadi 9,5% untuk tahun ini dari sebelumnya 10% dan 9% untuk 2013 dari sebelumnya 10%.
"target harga baru Rp7.400 dari sebelumnya Rp8.100 dan menurunkan rekomendasi menjadi hold. Target kami ini mencerminkan PBV 2,84 kali dengan asumsi ROE 25,6%, rate of return 17%, dan growth rate 12,8%,".
No comments:
Post a Comment