Monday, May 21, 2012

Bisnis ABM Investama Semakin Menyilaukan

Sebagai salah satu perusahaan sektor pertambangan terintegrasi yang fokus pada energi, layanan sumber daya dan infrastruktur, PT ABM Investama Tbk (ABMM) terus melakukan ekspansi dalam menggenjot kinerjanya.

Dalam menjalankan bisnisnya, emiten bursa Efek Indonesia berkode saham ABMM ini memiliki lima anak usaha yang terlibat dalam industri energi antara lain PT Reswara Minergi Hartama pada bidang produksi batubara, PT Cipta Kridatama bergerak di bidang kontrak pertambangan, PT Cipta Krida Bahari pada bidang logistik terpadu, PT Sumberdaya Sewatama pada bidang 'power solutions' dan PT Sanggar Sarana Baja pada bidang jasa teknik.

Terkait kinerja pada tahun ini, perseroan membidik pendapatan mencapai Rp9,95 triliun atau meningkat 50% dibandingkan dengan perolehan 2011 yang senilai Rp6,63 triliun.

Kenaikan pendapatan ini akan ditopang oleh pertumbuhan penjualan yang kuat dari anak usaha perseroan seperti PT Reswara Minergi Hartama (Reswara) yang mulai mengoperasikan secara optimal pertambangan batubara di Kalimantan Selatan sejalan dengan telah beroperasinya secara penuh pelabuhan pada lokasi tersebut.

Selain itu perseroan juga akan memastikan pembangunan infrastruktur pertambangan batubara di Aceh rampung pada semester II-2013, sehingga dapat beroperasi penuh untuk mendukung produksi batubara perseroan.

Disisi lain Reswara juga telah menjual batubara sebesar 360 ribu metrik ton dengan kemitraan dengan perusahaan trading batubara Coeclerici Group.

Batubara ini akan digunakan untuk memasok pembangkit listrik (power plant) di China dan Thailand seiring dengan semakin meningkatnya permintaan listrik dan energi di negara ini.

Coeclerici merupakan operator internasional dalam memberikan jasa yang terintegrasi dan inovatif dalam menjawab kebutuhan dalam industri listrik dan besi baja.

Sementara untuk mendukung rencana pertumbuhan ini ABMM pada 2012 mengalokasikan belanja modal pada 2012 senilai US$335 juta, di mana dana ini bersumber dari hasil penawaran umum saham perdana (IPO) 2011 dan sisanya dari pinjaman.

Head of Research eTrading Securities Betrand Raynaldi dalam risetnya mengatakan adanya kontrak dengan Coeclerici ini semakin memperkuat rencana strategis perseroan untuk menjual produknya ke wilayah Asia terutama China.

Kendati sedang mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi, China terbukti masih mengonsumsi energi terbesar kedua dunia.

"Hal inilah yang menjadi target perseroan," ujarnya.

Betrand menambahkan saat ini perusahaan diperdagangkan pada PE 20x dengan PE rata-rata industri sebesar 22 kali.

Berdasarkan konsensus analis merekomendasikan beli (buy) dengan target harga rata-rata Rp4,700 per lembar saham.

Pada penutupan perdagangan Rabu (16/5), saham ABMM berada pada level Rp3.600 per saham, dengan volume sebanyak 506.500 lembar saham senilai Rp1,82 miliar.

No comments:

Post a Comment