Thursday, May 31, 2012

Cara Memetik Keuntungan Dari Saham Blue Chip Saat Indeks Jatuh

Masa-masa terkoreksinya IHSG ibarat 'pesta diskon di pusat perbelanjaan', yang hanya terjadi 2–3 kali dalam satu tahun. Kondisi ini sebaiknya dimanfaatkan pelaku pasar dengan baik daan cermat. 

Menurut Pengamat Pasar Modal Teguh Hidayat harga saham-saham papan atas (blue chip) tergolong murah mengikuti alur pergerakan IHSG. Beberapa saham-saham blue chip itu, antara lain PT Alam Sutera Realty Tbk ASRI), PT Bank BRI (BBRI), dan PT Harum Energy Tbk (HRUM).

ASRI adalah salah satu koleksi long term bagi para investor konservatif, yang sejak empat bulan lalu mulai bergerak sideways kembali karena valuasinya yang memang sudah mahal, meski outlook ASRI masih bagus. Dengan kinerja terbarunya pada kuartal pertama 2012, yakni laba bersih melejit 116,8%, dan ROE juga masih terjaga di level 35,4%, maka saham ASRI menjadi murah kembali. 

Pada harga saham Rp570, PER ASRI adalah 8,1 kali. Meski valuasi tersebut cenderung setara dengan rata-rata PER di sektor propert saat ini, namun kinerjanya yang bagus membuat ASRI layak dihargai valuasi yang lebih tinggi. 

"Untuk jangka pendek, target bagi ASRI ini adalah 700," kata Teguh dalam risetnya Mei 2012.

Bagi banyak trader dan investor di BEI, BBRI selalu menjadi pilihan utama ketika IHSG merah. Setelah terus turun dari posisi Rp7.000 pada 23 April lalu, BBRI akhirnya bertengger di Rp5.700 – 5.800, dan sekarang sudah ke posisi Rp5.950.

"Praktis, jika IHSG tidak sampai terjerembab ke posisi katakanlah 3.800-an dan berhasil naik ke posisi setidaknya 4.000-an kembali, maka BBRI juga akan kembali ke posisi wajarnya, yaitu Rp6.600," tuturnya.

Posisi Rp6.600 tersebut mencerminkan PBV 3,0 kali, yang merupakan valuasi wajar untuk bank dengan kualitas sebaik BBRI.

Tiga bulan pertama 2012, BBRI hanya mencatat kenaikan pendapatan 4,7%, yang disebabkan oleh pengetatan nilai aset (aset BBRI turun 6,5% dalam tiga bulan terakhir). Berkat berbagai strategi, salah satunya dengan pengetatan jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang mengurangi beban bunga tabungan dan deposito, maka kenaikan laba bersih BBRI masih terjaga di level 29,9%, dan laba bersih komprehensif naik 51.4%. 

"kinerja BBRI masih sangat oke, dan BRI masih boleh didaulat sebagai bank terbaik untuk kategori bank besar dengan aset diatas Rp200 triliun," ungkapnya.

Diluar Garda Tujuh Buana (GTBO) yang kinerjanya melesat pada 1Q12, HRUM adalah saham batubara terbaik di bursa saat ini. Biasanya kinerja perusahaan batubara di kuartal pertama tiap tahunnya selalu tertekan, karena musim hujan yang menghambat proses pengeringan batubara. Namun HRUM menunjukkan performanya, dengan kenaikan laba 35,6%, dan kenaikan book value 15,1% hanya dalam tiga bulan.

"Paling penting, kalau dulu HRUM mahal, maka saat ini HRUM sudah cukup murah, dengan PER 10 kali pada harga saham Rp6.300 serta penyesuaian harga dari mahal ke affordable tersebut bukan karena penurunan harganya, karena posisi HRUM pada saat ini masih di atas harga IPO yaitu Rp5.200," urainya.

Penyesuaian tersebut adalah karena kinerja HRUM memang meningkat pesat dalam kurun waktu kurang dari satu setengah tahun tersebut. Secara historis, HRUM juga memiliki catatan peningkatan kinerja yang konsisten dalam lima tahun terakhir, sehingga praktis saham ini sudah boleh dipertimbangkan sebagai koleksi long term.

"Hanya saja, penurunan saham-saham tambang terutama batubara dalam beberapa waktu terakhir ini bukan tanpa alasan, dimana ada banyak sekali sentimen negatif di sektor ini yang mau tidak mau harus anda perhatikan," tuturnya.

Pilihan alternatif lainnya yang juga bisa pertimbangkan adalah Indo Tambangraya Megah (ITMG), dan Surya Semesta Internusa (SSIA). 

Selanjutnya, bagaimana dengan IHSG? Secara fundamental, maka terdapat dua poin yang bisa perhatikan. Pertama, kinerja para emiten di kuartal pertama tahun 2012 ini tidak secemerlang tahun 2011 atau 2010 lalu, terutama dari sisi pertumbuhan. 

Kedua, meski kinerja para emiten terbilang melambat, namun secara keseluruhan valuasi saham-saham di BEI sudah jauh lebih murah ketimbang setahun lalu (karena kinerja para emiten, meski melambat, namun tetap meningkat dalam setahun terakhir, sementara IHSG masih berada diposisi yang nyaris sama dibanding posisinya setahun lalu).

"Dan meski secara umum kinerja para emiten telah melambat, namun beberapa saham masih mencatat growth yang signifikan sehingga masih bisa anda ambil,".

No comments:

Post a Comment