DPR dan Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Barat harus segera memberikan restu kepada pemerintahpusat untuk segera mengambil alih 7 persen saham PT Newmont Nusa Tenggara. Hal itu disebabkan perusahaan tambang Group Bakrie kini sedang mengalami resiko gagal bayar (default) atas utang-utangnya.
Financial Analyst dan Founder Katadata Lin Che Wei menjelaskan resiko gagal bayar dari utang Bakrie Group di tahun ini mencapai Rp 7,1 triliun (dalam mata uang Rupiah) dan 275 juta dollar AS (dalam mata uang dollar AS). "Apalagi sebagian besar perusahaan Bakrie memang bermain di lini batubara.
Saat ini harga batubara dunia sedang merosot tajam, dari 140 dollar AS per ton menjadi di bawah 90 dollar AS per ton. Tren penurunan ini diperkirakan akan berlangsung lama," kata Lin dalam diskusi
Momentum Emas Pemerintah Kuasai Sisa Saham Newmont di Menara BCA Jakarta, Kamis (6/9/2012).
Dengan kondisi penurunan harga penjualan batubara, otomatis kondisi keuangan Bakrie Group juga akan terganggu. Untuk bisa membayar utang jatuh tempo pun juga tidak akan sanggup. Masalahnya, kata Lin, pemerintah harus mencermati potensi gagal bayar dari utang tersebut.
Hal itu disebabkan sekitar 24 persen saham PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) yang telah dibeli oleh PT Multi Daerah Bersaing (konsorsium Group Bakrie dan Pemerintah Daerah) sudah digadaikan ke Credit Suisse (Singapura). Gadai tersebut sebagai jaminan atas utang senilai 360 juta dollar AS.
"Jika akibat default, saham Newmont milik PT Multi Daerah Bersaing akan beralih ke tangan kreditor asing. Maka tujuan divestasi yang semula dimaksudkan untuk mengembalikan saham Newmont ke pihak nasional, tidak akan tercapai," tambahnya.
Sehingga, dengan kondisi kas negara yang masih ada, pemerintah diminta untuk segera merealisasikan pembelian sisa divestasi saham Newmont itu.
Sekadar catatan, tingginya resiko utang Group Bakrie membuat harga saham sejumlah anak usahanya di bursa Jakarta dan London semakin tertekan sejak awal 2011. Contohnya saja, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) anjlok 77 persen dan PT Bakrie and Brothers Tbk (BNBR) anjlok 29 persen.
Dua saham tersebut sudah mengalami tekanan signifikan sejak 2005. Bahkan penurunan saham BUMI cukup drastis bila dibanding posisi tertingginya pada 12 Juni 2008 lalu yaitu Rp 8.550 per lembar saham. Penurunan harga saham juga terjadi di saham Bumi Plc di London (74 persen) dan PT Bumi Resources Mineral Tbk yang anjlok 36 persen.
No comments:
Post a Comment