Monday, September 24, 2012

Industri Logam Indonesia Akan Diperkuat Oleh Pemodal China

Menteri Perindustrian MS Hidayat mengharapkan penguatan struktur industri logam dan integrasi antara industri hulu dan hilir dari China yang mendirikan pabrik besi-baja dan alumunium dengan total nilai investasi 8,6 miliar dolar AS.

"Dari investasi ini diharapkan dapat memperkuat struktur industri logam serta mengurangi ketergantungan terhadap produk impor," kata MS Hidayat di Jakarta, Kamis.

Menperin menegaskan akan berkomitmen dan memfasilitasi hal-hal yang mampu mendorong kelancaran proyek dua pabrik ini yang rencananya akan dimulai pada 2015 dan 2016 dengan nilai investasi 1,5 miliar dolar AS.

Pabrik besi-baja dari investor China, Oriental Mining and Mineral Resources dan Ruo Tong Investement ini, akan memproduksi pasir besi dan bisa digunakan sebagai bahan baku peleburan baja.

Selain peleburan baja, MS Hidayat mengatakan pabrik tersebut akan mengadopsi teknologi yang telah diterapkan di dunia dan bisa memproduksi bahan baku untuk pengecoran besi, dan campuran untuk "ferroalloy/powder metalurgy".

"Saya berharap pembangunan pabrik DRI (Direct Reduced Iron, -red) bisa menjadi jembatan untuk teknologi pengolahan besi-baja yang lebih maju, karena teknologi yang digunakan adalah non-cooking coal yang banyak terdapat di Indonesia," katanya.

Sedangkan pabrik pemurnian alumina yang akan dibangun oleh Beijing Shuang Zhong Li Investment Management dengan nilai investasi 7,1 miliar dolar, MS Hidayat beraharap untuk memasok produksi baik dalam dan luar negeri.

"Kalau produksi alumina nanti dibutuhkan untuk dalam dan luar negeri. Termasuk inalum, Nanti kalau sudah bisa produksi saya stop impornya," katanya.

Pabrik besi-baja dan alumunium tersebut akan dibangun masing-masing dalam empat dan tiga tahap. Pabrik besi-baja berkapasitas produksi enam juta ton per tahun.

"Sedangkan investasi pabrik pemurnian alumina sebesar 7,1 miliar dolar AS, memiliki kapasitas total 1,8 juta ton," katanya.

Untuk mendukung kontribusi ekonomi dari pembangunan dua pabrik tersebut, MS Hidayat meminta dukungan Pemerintah Daerah. 

Menurut MS Hidayat, dibutuhkan koordinasi yang baik antara instansi baik pusat maupun daerah untuk memastikan rencana investasi tersebut berjalan tepat waktu.

"Begitu juga dengan investor China agar dapat segera merealisasikan investasinya dengan memenuhi ketentuan yang berlaku," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Partner Managing Director PT. Global Resources Capital (Hongkong) Limited Lizhi Zao mengatakan pihaknya setuju menaati peraturan perindustrian yang ditetapkan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

"Kami akan menggunakan kemampuan ekonomi dan finansial kami, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan menyediakan lapangan kerja," katanya.

Total lapangan kerja yang disediakan dari pendirian dua pabrik ini adalah 46 ribu kesempatan kerja.

No comments:

Post a Comment