Dunia penerbangan diguncang oleh berita hilangnya Malaysia Airlines. Selama ini, maskapai negeri jiran tersebut jadi salah satu maskapai yang terdepan di kawasan regional.
Penerbangan MH370 dari Kuala Lumpur ke Beijing menghilang pada Sabtu (8/3) dini hari, memicu upaya pencarian besar di Laut Cina Selatan dan kekhawatiran serius bagi 239 orang di dalamnya.
Insiden ini akan menjadi pukulan besar bagi maskapai tersebut yang telah berjuang untuk tetap meraup laba di tengah persaingan ketat, khususnya dengan maskapai penerbangan murah.
Malaysia Airlines menerbangkan sekitar 37.000 penumpang setiap hari untuk 80 destinasi di seluruh Asia, ke Eropa dan Amerika Serikat. Maskapai ini mengoperasikan lebih dari 250 penerbangan per hari. Malaysia Airlines hanya mengalami sedikit kecelakaan dalam sejarah, dan memiliki catatan keamanan yang solid.
Kecelakaan terburuk terjadi pada tahun 1977, ketika pesawat pembajakan dan kecelakaan berikutnya di Malaysia selatan menewaskan 93 penumpang dan tujuh awak.
"Insiden ini datang pada waktu yang tak tepat bagi maskapai yang sedang transformasi untuk kembali memperoleh keuntungan. Ini akan menghambat jalan terhadap profitabilitas," kata analis penerbangan dengan Standard & Poor's Equity Research di Singapura Shukor Yusof seperti dikutip dari Channel News Asia, Minggu (9/3/2014).
Sekedar informasi, maskapai ini mencatat kerugian pada tahun 2012 dan menargetkan ekspansi pada tahun 2013. Pada tahun 2011, Malaysia Airlines mencatat rekor rugi 2,5 miliar ringgit atau 767 juta dollar AS akibat kenaikan biaya bahan bakar.
Analis juga menyalahkan manajemen yang buruk, campur tangan pemerintah, tenaga kerja membengkak, dan masalah lainnya demi tetap dapat berkompetisi. Namun demikian, maskapai tersebut tetap meraih serangkaian penghargaan.
Tahun lalu, Malaysia Airlines menjadi anggota Oneworld, salah satu aliansi maskapai code-share terbesar di dunia, yang menghubungkan ke 850 tujuan di 150 negara di seluruh jaringan kelompok.
No comments:
Post a Comment