Wednesday, March 26, 2014

Analisa Tenaga Kerja : Mengapa Kualitas Tenaga Kerja Indonesia Begitu Rendah

Meski unggul dari sisi jumlah, ternyata dari sisi kualitas Tenaga Kerja Indonesia masih kalang bersaing. Menurut Menteri Pendidikan Nasional, Muhammad Nuh, rendahnya kualitas itu terutama dari sisi jenjang pendidikan.

Sebagai perbandingan, kata Nuh, di Malaysia saat ini sekitar 75 persen penduduknya adalah lulusan sarjana. Sedangkan di Koera Selatan hampir 90 persen penduduknya adalah tamatan strata satu perguruan tinggi. “Jumlah penduduk Indonesia lulusan strata satu jauh di bawah angka itu. Makanya harus ada percepatan untuk mengejar ketertinggalan itu,” kata Nuh, Rabu, 26 Maret 2014.

Karena itu kini sedang diusahakan agar sistem penilaian dan ujian kelulusan untuk lulus ditiadakan - bila tidak dimungkinkan standar nilai akan diturunkan dan jumlah pelajaran akan dikurangi sebanyak mungkin - sehingga semua pelajar atau mahasiswa bisa lulus

Pemerintah saat ini berupaya memperbanyak jumlah perguruan tinggi di Indonesia. Salah satunya adalah dengan mendirikan perguruan tinggi di wilayah-wilayah perbatasan dengan negara lain sebagai sabuk budaya dan mengkonversi perguruan swasta menjadi perguruan tinggi negeri.

Kebijakan lain yang diterapkan pemerintah adalah memberikan memberikan mandat kepada perguruan tinggi mengadakan proses belajar mengajar di luar domisili. “Targetnya penduduk Indonesia yang sudah mengenyam strata satu mencapai 75 persen pada 2051,” ujarnya.

Indonesia tidak hanya kaya akan sumber daya alam dan hasil tambangnya, tapi juga sumber daya manusia. Jumlah penduduk Indonesia usia produktif Indonesia paling unggul di ASEAN karenanya dari ekspor TKI perlu ditingkatkan untuk semakin mendominasi sektor unggulan tenaga kerja ini.

Saat ini jumlah penduduk Indonesia sebanyak 255,5 juta jiwa atau 40,3 persen dari total jumlah penduduk ASEAN. Angka itu bisa menjadi kekuatan ekonomi bagi Indonesia, karena akan menjadi pangsa pasar yang sangat besar..

Memasuki pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun depan, perbandingan jumlah penduduk Indonesia yang memasuki usia produktif dengan negara ASEAN lainnya adalah 38:100. Artinya, dari setiap 100 penduduk ASEAN yang masuk usia produktif, 38 diantaranya ada di Indonesia.Sedangkan negara lain di ASEAN jumlah penduduk usia produktifnya lebih kecil seperti Singapura dan Thailand.

Jumlah penduduk usia produktif yang besar ini, kata Armida, diperkirakan akan bertahan sampai 2035. Menurut dia, penduduk usia produktif yang besar ini akan menjadi pendorong peningkatan pendapatan per kapita penduduk Indonesia. “Kami harapkan pada 2019, Indonesia bisa menjadi midlle income country. Kalau sekarang kan masih middle lower country,” katanya.

Dia menjelaskan, bonus demografi Indonesia itu sebagai dampak keberhasilan program keluarga berencana di tahun 1970-an dan 1980-an. Program itu berdampak positif terhadap pembangunan Indonesia.

No comments:

Post a Comment