PT Bank BJB Tbk (BJBR) menjadi salah satu bank daerah yang mampu mencatat perolehan keuntungan sepanjang tahun lalu, yakni Rp1,38 triliun. Lantas, bagaimana prospek perusahaan tahun ini?
Analis Samuel Sekuritas Joseph Pangaribuan menuturkan pencapaian laba ini sejalan dengan estimasi Samuel, dan 5% di atas estimasi pasar. Kenaikan laba didorong oleh kenaikan kredit sekitar 27,6%.
Namun, pendapatannya turun 19% karena kenaikan beban provisi sekitar 51,15% seiring kenaikan NPL. Pada 2013, NPL mencapai 2,8%, naik 76 bps dan 37 bps QoQ terutama berasal dari memburuknya NPL segmen mikro (11,3% 2013 versus 8,8% di sembilan bulan 2013, 4,1% pada 2012).
Oleh sebab itu, BJBR akan fokus untuk menekan NPL segmen mikro pada tahun ini. Adapun caranya dengan memperkuat loan officer dan sales dengan cara mengangkat karyawan outsourcing menjadi karyawan tetap dan memperbanyak tenaga collection.
"Hal ini akan menaikkan expense pada 2014," tutur Joseph.
Loan to deposit ration (LDR) telah mencapai 96,5% pada 2013, naik signifikan dari sebelumnya hanya 74,1% di 2012. Salah satu penyebabnya adalah akibat penurunan deposito sebesar 23,4%, di mana BJBR membiarkan sejumlah deposan institusi keluar dari deposito seiring dengan tingginya permintaan kenaikan bunga deposan.
BJBR menargetkan pertumbuhan kredit sekitar 16-25% pada tahun ini, dengan LDR turun menjadi 90%. Untuk mencapai penurunan LDR ini, maka simpanan harus tumbuh sekitar 24,32%.
"Sehingga kami melihat BJBR perlu menaikkan suku bunga deposito tahun ini," tuturnya.
Meski BI rate naik 175 bps, BJBR tidak melakukan re-pricing bunga kredit tahun lalu. Ia mengakui, hal ini dikarenakan kekhawatiran BJBR akan terjadi kenaikan NPL, dan bahkan dengan tidak melakukan repricing saja NPL telah naik.
"Oleh karena itu, kami memperkirakan tidak ada repricing bunga kredit yang cukup signifikan pada tahun ini," ujarnya.
Ia mengkhawatirkan, kenaikan NPL dari mortgage loan, di mana tahun ini banyak debitur yang masuk ke floating rate.
"Potensi kenaikan bunga deposito, masih buruknya NPL dan juga kenaikan cost to income ratio menjadikan kami kurang menyukai BJBR. Kami mempertahakan target harga Rp950, yang mencerminkan PVB 2014 sekitar 1,25 kali, lebih rendah 32% dari industri saat ini," paparnya.
No comments:
Post a Comment