Dalam perhelatan pameran pariwisata terbesar dunia, Internationale Tourismus Börse (ITB), di Berlin, Jerman, beberapa pekan lalu, juga menjadi ajang dalam mempromosikan kuliner Indonesia. Chef Vindex Tengker, chef peracik segala menu yang disajikan dalam pameran tersebut, menceritakan kesannya dalam menyajikan makan malam untuk sekitar 5.500 orang yang hadir dalam pergelaran tersebut, saat ditemui di The Dharmawangsa Hotel, Jakarta.
"Enggak gampang sebenarnya masak buat sedikit sama masak buat banyak, tapi so far sih hasil akhirnya sukses dalam arti untuk ukuran kapasitas besar kita hasilkan yang terbaik," ujar Vindex. Untuk menyediakan makanan dengan jumlah yang besar tersebut, ia membawa aneka bumbu dari Indonesia kira-kira 500 kilogram, serta ada juga bumbu yang telah disediakan di sana. "Paling sedikit dobel karena satu macam meat itu kan 10-an kilogram kita persiapkan," katanya.
Adapun jenis masakan yang ia sediakan seperti ayam pelalah dan sate lilit dari Bali, nasi tumpeng, rendang, pecak ikan, urab sayur, kering tempe, ayam goreng Bandung, dan puluhan jenis masakan lainnya. Tak mudah memang menyajikan masakan Indonesia di luar negeri. Vindex pun menemukan beberapa kendala dalam meracik masakan tersebut. Kendala utama pastilah mengenai bahan-bahan yang tersedia.
"Hambatannya lebih ke pengenalan bahan. Kita order dari sini, tapi di Jerman yang beli. Misal kita order young coconutdatangnya semi tua, jadi urap sayurnya ada sedikit modifikasi. Kecap juga gitu, kita mintanya apa, enggak sesuai. Jadi kita bikin kering tempe itu kecapnya kita kurangin, tambahin gula jawa," paparnya.
Maka, Vindex banyak memodifikasi masakan tersebut, tetapi tetap dengan menggunakan bahan-bahan yang sama. Meski demikian, para undangan yang hadir dalam acara tersebut menyukai masakannya. "Mereka senang karena tingkat kepedesankita bikinnya medium-spicy," ujarnya. "Yang paling disuka itu, rendang mereka suka. Kering tempe mereka suka, something kriuk-kriuk terus manis," tambah Vindex.
Direktur Promosi Luar Negeri Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Nia Niscaya menyatakan Indonesia berhasil mendapatkan pasar besar dalam Pameran Pariwisata Internasional (ITB) di Berlin, Jerman.
"Industri pariwisata Indonesia mendapat ’new account’ atau pasar besar dalam penyelenggaraan pameran pariwisata yang terbesar di dunia," kata Nia Niscaya usai penutupan pameran pariwisata yang diikuti 10.000 peserta dari 188 negara. Menurut Nia, pasar besar pariwisata itulah yang menjadi capaian besar Indonesia dalam keikutsertaan pada ITB Berlin t. Indonesia menjadi negara mitra resmi kegiatan ITB tersebut.
Nia mengatakan selama ini pemerintah kerap melakukan promosi destinasi wisata Indonesia secara beragam, namun paket-paket pariwisata Indonesia yang dijual di luar negeri oleh para penyelenggaraan wisata internasional belumlah cukup memadai.
"Dengan partisipasi Indonesia dalam ITB Berlin ini, para tour operator besar telah percaya diri dan bersedia menjual destinasi wisata Indonesia kepada para pelanggan setia mereka," kata Nia. Selain itu kalangan industri pariwisata Indonesia yang tergabung dalam Paviliun Indonesia terlihat lebih percaya diri menjual obyek wisata Indonesia. Banyak media menyoroti positif Indonesia sebagai kekuatan besar baru pariwisata di Asia.
Nia mengatakan secara keseluruhan penampilan Indonesia sebagai negara mitra resmi penyelenggaraan ITB Berlin sangat berhasil dan mendapat banyak pujian. Selain itu citra pariwisata Indonesia semakin meningkat dan berhasil memenangkan kepercayaan dari tur operator kelas dunia seperti Thomas Cook dan TUI untuk memasukkan berbagai destinasi dalam paket-paket wisata yang mereka jual baik di Jerman maupun di Eropa.
"New account ini akan terus diusahakan untuk ditingkatkan dengan penataan berbagai destinasi Indonesia yang tergabung dalam 16 tujuan utama wisata dan tujuh minat khusus," ujarnya. Paviliun Indonesia dengan tema "Wonderful Indonesia" berhasil menjadi juara kedua paviliun terbaik untuk wilayah Asia, Australia dan Oceania. "Mau tidak mau kita harus tetap mempertahankannya," ujarnya. Selain itu para pelaku industri pariwisata Indonesia juga mendapatkan nama dengan ditunjuknya Indonesia sebagai mitra resmi penyelenggaraan ITB Berlin yang sudah diikuti oleh Indonesia selama 45 kali.
Menurut Nia, keberhasilan Indonesia sebagai official partner country ITB Berlin tidak lepas dari peran serta KBRI Berlin serta industri pariwisata dan juga Dinas Pariwisata Indonesia di seluruh Indonesia yang ikut berpartisipasi. "Seluruh biaya promosi yang dikeluarkan Indonesia menjadi partner country tidak bisa dipandang semata-mata sebagai promosi tetapi lebih pada investasi," katanya.
Keberhasilan Indonesia juga mendapat pujian dari Wakil Menteri Pariwisata El Salvador, Lic Walter Aleman yang memuji penampilan Indonesia dalam acara pembukaan yang sangat spektakuler. Penampilan seniman Indonesia dalam acara pembukaan sangat menarik dan juga kehadiran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono serta Kanselir Jerman Angela Merkel menambah bobot dari penyelenggaraan ITB Berlin. Belum pernah ada Presiden yang meresmikan pameran pariwisata ITB Berlin yang sudah berlangsung sejak tahun 1966 itu.
ITB merupakan forum promosi di bidang pariwisata karena dihadiri oleh lebih dari 10.000 perusahaan dari sekitar 180 negara. Pada tahun 2012, ITB dikunjungi oleh sekitar 172.000 orang, termasuk 113.000 trade exhibitor. Diharapkan keikutsertaan Indonesia pada acara tersebut dapat meningkatkan jumlah wisatawan asing mancanegara, khususnya Jerman dan Eropa lainnya untuk berkunjung ke Indonesia.
Pada tahun 2012 jumlah wisatawan Jerman yang berkunjung ke Indonesia berjumlah sekitar 153.000 orang dan diharapkan meningkat menjadi 165.000 wisatawan. Proyeksi ini merupakan faktor penting karena turis Jerman termasuk tertinggi dalam kualitas.
Uang yang dibelanjakan turis Jerman di Indonesia per kunjungan rata-rata 2.240 dollar AS atau tiga kali lebih tinggi dari rata-rata. Demikian juga lama tinggal yang rata-rata dua minggu, lebih tinggi dibanding turis mancanegara lainnya yang hanya satu minggu.
No comments:
Post a Comment