Setelah memiliki tiga anak usaha, PT Hutama Karya siap tambah anak usaha pertengahan tahun ini. Perusahaan plat merah ini berencana membentuk anak usaha yang menangani kontrak-kontrak sektor energi dan beberapa proyek lain.
Anak usaha baru ini sejatinya buah pemisahan atau spin off divisi energi dalam struktur Hutama Karya. "Kami berencana membuat Hutama Karya Energi sekitar pertengahan tahun nanti," ungkap Widi Suharyanto, General Manager Pemasaran PT Hutama Karya, akhir pekan lalu.
Mengenai komposisi kepemilikan saham, rupanya perusahaan ini tidak berniat mengundang mitra. Hutama Karya bakal menguasai 99 persen saham Hutama Karya Energi. Barulah sisanya 1 persen menjadi milik karyawan.
Yang jelas, menurut Widi, aksi pelepasan divisi menjadi anak perusahaan dilakukan agar divisi energi dapat semakin berkembang. Dia menyampaikan, sepanjang tahun 2013, divisi energi memberikan kontribusi cukup baik bagi perusahaan. Dari total kontrak sebesar Rp 10,4 triliun, sekitar 10 persen-15 persen di antaranya merupakan sumbangan dari divisi energi. Jadi, jika dihitung, sumbangan divisi energi berkisar antara Rp 1,04 triliun-Rp 1,56 triliun.
Nanti, setelah menjadi anak usaha, Hutama Karya Energi meneruskan pekerjaan rumah yang sudah menjadi agenda divisi ini. Semisal, mengincar tender proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pabrik kantong semen.
Kontrak Rp 14 triliun
Namun, Hutama Karya sepertinya tak mau setengah-setengah memanfaatkan anak usaha keempatnya. Perusahaan ini bakal memaksimalkan anak usaha ini untuk menggarap sektor di luar energi.
Widi bilang, Hutama Karya Energi akan membidik proyek pembangunan pabrik gula. Sayang, dia masih enggan menjelaskan detail proyek yang dimaksud, termasuk siapa mitra yang digandeng.
Selain anak usaha baru, masih di tahun 2014, Hutama Karya juga mengincar kontrak baru sebesar Rp 14 triliun. Jumlah ini berarti meningkat 34,6 persen dari perolehan kontrak di tahun 2013.
Menurut Widi, sebagian besar kontrak tahun ini merupakan proyek pemerintah. Komposisinya, 50 persen proyek pemerintah, 30 persen proyek BUMN, dan 20 persen proyek swasta. Perusahaan ini sengaja membidik lebih banyak proyek pemerintah lantaran lebih terjamin dari sisi pembayaran. "Kalau proyek swasta, kami masih harus berhati-hati memilih mitra," terang Widi.
Hingga bulan Februari kemarin, perusahaan ini sudah mengantongi kontrak baru senilai Rp 2,2 triliun. Beberapa proyek yang masuk dalam kontrak baru tersebut, seperti proyek pembangunan ruas tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu senilai Rp 1,2 triliun. Ada pula proyek pembangunan bendungan Raknamo di Nusa Tenggara Timur senilai sekitar Rp 600 miliar. Widi optimistis, Hutama Karya bisa meraih kontrak Rp 3 triliun pada kuartal III-2014.
Berangkat dari target kontrak yang diincar tahun ini, Hutama Karya berharap bisa mengejar pendapatan Rp 8 triliun. Jika dibandingkan dengan pendapatan 2013 yang diakui Widi sebesar Rp 6,5 triliun, berarti diharapkan ada lonjakan 23,08 persen. Khusus untuk Hutama Karya Energi, perusahaan ini belum bisa memastikan target kontribusi anak usaha baru itu.
Sejak berdiri tahun 1960, Hutama Karya sudah memiliki tiga anak perusahaan, yakni PT HK Realtindo, perusahaan yang membidangi bisnis properti dan perumahan, serta PT Hakaaston, perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor konstruksi sipil. Terakhir, PT Hakapole, perusahaan yang berkonsentrasi di bisnis industri baja.
No comments:
Post a Comment