Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro memperkirakan kenaikan indeks harga konsumen Maret 2014 ini lebih rendah dibanding Februari 2014 yang mencapai 0,26 persen. "Perkiraan kita lebih rendah, tapi belum deflasi. Kalau pun deflasi, ya syukur. Tapi, kayaknya belum deflasi," kata dia di Jakarta, Jumat (28/3/2014).
Inflasi yang diprediksikan lebih rendah pada Maret disebabkan pengaruh musim (seasonal). Biasanya, kata Bambang, pada Maret, inflasi lebih rendah dari bulan sebelumnya, lantaran adanya panen raya. Di sisi lain, Bambang memperkirakan defisit transaksi berjalan pada kuartal I-2014 hampir sama dengan periode sama tahun lalu.
"Yang paling naik, kuartal II-2014, karena ada pembayaran dividen, utang, segala macem," imbuhnya. Defisit transaksi berjalan diperkirakan kembali membaik pada kuaral II-2014 dan kuartal IV-2014. Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi di bulan Maret akan berada di kisaran 0,1 persen. Prediksi BI tersebut didasarkan kepada survei pemantauan pasar yang dilakukan bank sentral.
"Inflasi dari survei pemantauan harga sampai minggu ketiga 0,1 persen di bulan ketiga ini. Jadi year on year nya 7,3 perse. Itu berdasarkan minggu ketiga, kemudian kita asesmen estimasi untuk keseluruhan bulan," kata Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo, Jumat (28/3/2014). Perry mengungkapkan prediksi inflasi tersebut sesuai dengan target dan perkiraan sebelumnya, di mana dalam bulan kedua dan ketiga tahun 2014, tren inflasi terus menurun bila dibandingkan dengan awal tahun.
Penurunan tren inflasi tersebut, ujar dia, lebih disebabkan karena harga bahan pangan yang menjadi faktor utama pergerakan inflasi masih dapat terkendali. "Ini mementukan bahwa memang tren inflasi menurun terus berlanjurt, harga pangan masih terkendali, stok masih memadai, dampak kenaikan gas tidak terlalu besar. Bahkan nilai tukar depresiasi juga tidak berpengaruh," ujar Perry.
BI, kata Perry, masih konsisten dengan memperkirakan angka inflasi akan berada di posisi 4,5 plus minus 1 persen. Adapun pergerakan inflasi diperkirakan masih akan terkendali dan rendah. "Kita sudah asesmen dampak yang ada. Dalam perkiraan kami sudah memasukkan faktor gangguan distribusi, juga kenaikan tarif listrik industri, dimana kenaikan listrik memiliki kontribusi inflasi sebesar 0,2 persen," ujarnya.
No comments:
Post a Comment