Tuesday, March 4, 2014

5 Strategi Pertamina Untuk Masuk Dalam Fortune Global 500

Suatu prestasi yang membanggakan jika ada perusahaan nasional mengukir prestasi di kancah internasional. Pertamina pun sukses membuktikan kualitas kinerjanya dengan menjadi satu-satunya perusahaan energi Indonesia yang masuk dalam sebagai Top 122 Fortune Global 500. Bukan hal mudah karena Pertamina harus bersaing dengan ribuan perusahaan internasional lainnya.

Kriteria pemeringkatan Fortune Global 500 berdasarkan total pendapatan perusahaan per tahun fiskal yang berakhir pada atau sebelum 31 Maret 2013. Kemudian total pendapatan tersebut akan dibandingkan dengan pendapatan tahun sebelumnya. Kriteria pemeringkatan lainnya meliputi jumlah karyawan di akhir tahun tahun maupun jumlah rata-rata per tahun.

Berikut ini adalah 5 strategi yang membuat Pertamina berhasil masuk daftar Fortune Global 500:
  1. Kualitas laporan keuangan
    Pertamina merilis laporan keuangan 2012-nya ke publik lebih cepat, bahkan lebih awal dibandingkan perusahaan Tbk. Publik dapat mengakses laporan keuangan Pertamina di media maupun situs resmi perusahaan. Pertamina telah menerapkan IFRS (International Financial Reporting System) dan diaudit oleh akuntan publik yang diakui dunia. Pertamina juga menerapkan ICoFR untuk menjamin pelaksanaan Internal Control yang baik dalam pelaporan keuangan.
  2. Kenaikan pendapatan per tahun
    Pendapatan Pertamina di tahun 2012 mencapai US$ 70,9 miliar atau meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu US$ 67,3 miliar. Sementara itu Pertamina berhasil membukukan laba bersih US$ 2,77 miliar atau Rp 25,94 triliun di tahun 2012. Pada tahun 2013, Pertamina kembali mengalami peningkatan dari sisi pendapatan maupun laba bersih. Pertamina berhasil meraup pendapatan sebesar US$ 71,1 miliar dengan laba bersih US$ 3,07 miliar atau Rp 32,05 di akhir tahun 2013.
  3. Tercepat dibandingkan BUMN lainnya
    Lewat 17 anak perusahaan dan tingkat kompleksitas bisnis yang tinggi, Pertamina berhasil menjadi yang tercepat melaksanakan RUPS di antara semua BUMN. Prestasi ini pun mendapat apresiasi dari Menteri BUMN Dahlan Iskan dan memposisikan Pertamina sebagai contoh untuk BUMN lainnya.
  4. Transparansi
    Whistle blowing system yang diterapkan Pertamina juga dinilai sebagai salah satu sistem terbaik saat ini. Selain itu, untuk penyerapan anggaran subsidi BBM Pertamina juga melibatkan BPKP serta audit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Pertamina juga bekerjasama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk tegakkan komitmen mencegah gratifikasi. Pertamina juga merupakan BUMN pertama yang membuka akses kepada Pusat Pelaporan dan Analisis Keuangan (PPATK).
  5. Penerapan Asas Good Corporate Governance (GCG)
    Pertamina berkomitmen menegakkan prinsip Good Corporate Governance (GCG) dalam menjalankan bisnis. Hal itu dibuktikan melalui skor GCG Pertamina pada tahun 2012 yang mencapai 93,51 dan telah meningkat menjadi 94,27 pada tahun 2013.

No comments:

Post a Comment