Industri semen terlihat prospektif mempertimbangkan rendahnya rasio konsumsi semen per kapita di Indonesia dibandingkan dengan beberapa negara berkembang lainnya. Sampai dengan akhir Maret 2012, konsumsi semen domestik hanya 223 ton per kapita, di bawah China, Malaysia, Thailand, dan Filipina.
Analis Pefindo Madjid Abdillah menuturkan, proyek MP3EI akan memberikan katalis positif pada permintaan semen domestik. Banyak proyek MP3EI yang dimulai tahun lalu sehingga konsumsi semen pada tahun ini dan mendatang diperkirakan meningkat. Sektor infrastruktur menyumbang 20-22% dari penjualan semen domestik.
Namun, industri semen dalam negeri akan tetap mencatat pertumbuhan tipis pada tahun ini, sebagian besar didorong oleh melambatnya industri properti dan penundaan proyek-proyek konstruksi karena melemahnya rupiah. Hingga sembilan bulan pada 2013, konsumsi semen meningkat 5,3% menjadi 41,57 juta ton.
"Perkiraan kami perlambatan dalam pertumbuhan pasar semen domestik tahun lalu dan tahun ini dengan pertumbuhan masing-masing 6,5% dan 5,4%," tuturnya. Untuk jangka panjang, ia memperkirakan permintaan semen dalam negeri akan meningkat. Jika inflasi dan kurs mata uang tetap stabil, Pefindo meyakini pemerintah akan membawa suku bunga acuan turun sehingga memberikan ruang bagi sektor properti bertumbuh.
PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) memiliki tempat untuk berproduksi di Baturaha dan mendistribusikan 93% dari produk-prduknya di pasar utama, Sumatera Selatan dan Lampung. Perusahaan juga memiliki pabrik di Palembang dengan kapasitas 350 ribu ton per tahun dan Panjang dengan kapasitas serupa.
Dalam waktu dekat ini, SMBR akan mulai pembangunan pabrik di Baturaja II, yang diharapkan selesai pada kuartal IV 2016. Saat ini, SMBR merupakan pemain dominan di Sumatera Selatan, dengan pangsa pasar 48,2% pada 2012.
"Kami tidak memiliki kekhawatiran tentang kesehatan perusahaan mengingat rasio utang terhadap ekuitas (DER) hanya 0,10 kali pada 2013," ungkapnya.
SMBR meningkatkan kapasitas produksi menjadi 2 juta ton per tahun dari 1,25 juta ton pada 2012, dengan tingkat utilisasi 98%. Perusahaan jug berencana meningkatkan lebih lanjut menjadi 3,85 juta ton per tahun melalui pembangunan pabrik Baturaja II yang akan memiliki kapasitas 1,85 juta ton per tahun, di mana saat ini sedang proses tender mesin impor, dan diperkirakan menelan biaya 40-50% dari total investasi.
SMBR telah menganggarkan belanja modal sebesar Rp301 miliar dan Rp722 miliar untuk 2013 dan 2014, dari total biaya pembangunan Rp2,9 triliun.
SMBR mendistribusikan 93% dari produknya di Sumatera Selatan dan Lampung, yang merupakan keuntungan karena Sumatera adalah pulau terpadat kedua dan menyumbang 24% dari PDB negara. Perusahaan diharapkan dapat meningkatkan penjualan semen pada akhir 2014, meningkat kapasitas tambahan 750.000 ton per tahun di Baturaja I, sehingga total kapasitas menjadi 2 juta ton per tahun.
"Kami perkirakan pabrik penggilingan baru akan meningkatkan pangsa pasarnya di Sumatera Selatan dari 43% selama delapan bulan di 2013," imbhnya.
Dalam hal kepemilikan, pemerintah menguasai 76,24% dan publik 23,76%.
Hingga 2017, kapasitas produksi dalam negeri nasional akan naik 25,8 juta ton seiring dengan investasi besar oleh produsen semen nasional, dengan total investasi US$3,86 miliar.
Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut, ditambang dengan peningkatan produksi Semen Baturaja, Pefindo memperkirakan pendapatannya dapat tumbuh sekitar 13,2% menjadi Rp1,2 triliun pada tahun lalu dan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 12% untuk 2012-2015.
"Target harga saham untuk 12 bulan adalah Rp410-540 per lembar saham," paparnya.
No comments:
Post a Comment