PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), salah satu bank swasta nasional yang terus menggeliat hingga akhir tahun lalu. Lantas, bagaimana prospeknya tahun ini? Analis Samuel Sekuritas Joseph Pangaribuan menuturkan, BCA membukukan pertumbuhan laba bersih sekitar 21,6% sepanjang 2013 menjadi Rp14,3 triliun. Angka ini di atas estimasi Samuel.
"Kenaikan laba bersih terutama didorong oleh pertumbuhan kredit 21,6% dan kenaikan suku bunga kredit sekitar 100 bps," tutur Josep dalam risetnya Maret 2014. BCA juga berhasil menjaga kualitas kredit dengan baik di saat terjadi kenaikan suku bunga. Kenaikan kredit tersebut ditopang oleh kenaikan kredit di sektor korporasi sekitar 21,5%, komersial dan UMKM meningkat 18,8%, serta konsumsi bertumbuh 26,2%.
Namun, secara keseluruhan kredit tumbuh 4,5% (QoQ) disokong kenaikan kredit segment komersial dan UMKM sebesar 6,5%. Pada tahun ini, BCA hanya menargetkan pertumbuhan kredit berkisar 13-15%, seiring pengetatan sektor properti dan masih tingginya risiko ekonomi.
Di samping itu, kenaikan suku bunga kredit sekitar 100 bps dan kenaikan bunga secondary reserve mendongkrak kenaikan imbal hasil aset 30 bps (YoY). Hal ini membuat NIM naik 60 bps menjadi 6,2% karena di saat bersamaan cost of fund naik 17 bps.
BCA melakukan kenaikan suku bunga deposito sekitar 375 bps sejak April 2013 hingga Desember 2013 atau menjadi 7,25%. Namun demikian, cost of fund hanya meningkat 18 bps sejak Maret 2013.
Rendahnya kenaikan cost of fund ini karena kontribusi deposito hanya sekitar 20% terhadap total simpanan. BCA juga tidak akan melakukan penyesuaian sama sekali terhadap bunga CASA untuk memfaktorkan kenaikan suku bunga Bank Indonesia, atau tetap di bawah 1%.
Di tengah kenakan suku bunga kredit (termasuk semakin banyak debitur KPR yang telah masuk ke floating rate), BCA berhasil menjaga NPL pada level 0,44% atau hanya naik 6 bps (YoY). Di sisi lain privision expense naik 304% (YoY) untuk mempertahankan NPL coverage ratio yang konservatif pada level 408%, sama dengan tahun sebelumnya.
"Kinerja sepanjang 2013, menurut kami yang terbaik dibandingkan dengan bank-bank lain dalam pantauan Samuel," tuturnya.
Samuel mempertahankan rekomendasi 'hold' seiring dengan kinerja sama yang telah merefleksikan fundamental perseroan. Target harga Rp10.000 mencerminkan PBV 2014 sekitar 3,5 kali, premium 85% dari trading PBV peers saat ini.
No comments:
Post a Comment