Indonesia telah terseret oleh beberapa faktor seperti inflasi yang tinggi dan depresiasi rupiah karena pelebaran defisit transaksi berjalan sebagai akibat ekspor yang lemah, ditambah risiko eksternal cenderung memicu arus modal keluar lebih lanjut. Analis Pefindo Hasan Barakwan menuturkan konsumsi domestik, yang merupakan tulang punggung dari PDB Indonesia tetap kuat karena upah yang lebih tinggi dan stimulasi ekonomi menjelang Pemilu 2014.
Selain itu, fundamental ekonomi yang kuat di Indonesia juga dapat dilihat pada jumlah kelas menengah yang meningkat pesat, dan diperkirakan akan mencapai 141 juta pada 2020, naik dari 74 juta penduduk pada 2012.
Pefindo percaya bahwa faktor-faktor positif akan membuka jalan bagi perusahaan-perusahaan di sektor konsumen seperti PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) untuk mengalami pertumbuhan yang positif di masa depan. Untuk menjamin pertumbuhan, ROTI telah menambah 7 lini produksi pada akhir 2013.
Pada akhir 2013, selesainya dua pabrik di Purwakarta dan Cikande dapat meningkatkan kapasitas produksi secara keseluruhan sebesar 25% menjadi 4,2 juta potong per hari. Mengingat konsumsi roti per kapita Indonesia yang rendah saat ini, yaitu sebesar 1,7 kg dan meningkatnya penduduk kelas menengah, Pefindo percaya permintaan jangka panjang untuk roti tetap tinggi.
Selain itu, pertumbuhan lebih lanjut akan didukung oleh penetrasi minimarket, karena ROTI hanya mencakup 46% dari semua minimarket di Indonesia. "Untuk tahun 2013, kami memperkirakan pendapatan ROTI untuk tumbuh sebesar 25 % YoY menjadi Rp1 triliun, atau 22% pertumbuhan CAGR selama 2012-2015," kata Hasan.
Dalam rangka meningkatkan penjualan, ROTI secara bertahap meningkatkan kapasitas produksi. Pada akhir 2012, ROTI memiliki 8 pabrik dan 24 lini produksi di Cikarang, Cibitung, Pasuruan, Semarang dan Medan, termasuk pabrik baru di Palembang dan Makassar.
Dengan pabrik-pabrik tersebut, kapasitas produksi ROTI sekarang adalah lebih dari 3,5 juta potong per hari untuk 11 varian roti tawar, 26 varian roti manis dan 3 varian kue. Untuk mendistribusikan produknya, ROTI memiliki beberapa titik penjualan yang terdiri dari minimarket, supermarket, sepeda roda tiga, toko, serta kerja sama institusi. Meskipun memiliki banyak pesaing, berkat cakupan distribusi yang luas dan inovasi yang kuat, ROTI mampu mempertahankan kinerja yang sangat baik
Saat ini, Indonesia memiliki sekitar 74 juta orang kelas menengah, dan kelompok ini telah menambah pengeluaran mereka dalam segmen utama, termasuk segmen konsumen seperti roti dan kue. Konsumsi roti Indonesia masih relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara tetangganya.
"Dengan demikian, ROTI memiliki banyak ruang untuk mengembangkan bisnisnya dan memantapkan keuntungan ke depan," kata Hasan dalam risetnya edisi Februari 2014.
Harga komoditas pada umumnya menurun saat ini, salah satu nya termasuk tepung terigu yang merupakan komponen biaya pokok ROTI. Hal ini dapat membantu ROTI meringankan dampak dari meningkatnya biaya lain dan bisa mempertahankan marjin ROTI di level 40%-44%.
"Selanjutnya, kami percaya bahwa kinerja ROTI tidak banyak dipengaruhi oleh depresiasi rupiah selama tahun lalu, karena semua biaya input (misalnya bahan baku dan barang-barang pasokan lainnya) dalam Rupiah," tuturnya.
Pefindo memprediksi bahwa tingkat retur penjualan ROTI akan menurun pada 2013-2014, karena perusahaan berencana untuk memperluas saluran distribusi mereka.
Selain itu, untuk meningkatkan daya saing, ROTI sedang mencoba untuk meningkatkan jenis produk melalui kemitraan dengan Pasco Shikishima Corporation Research and Development. Kemitraan ini menghasilkan peluncuran produk baru (Sandwich dan Roti-Sobek) di semester pertama tahun lalu.
"Target harga saham untuk 12 bulan adalah Rp1.110 – Rp1.220 per lembar saham," hitungnya.
No comments:
Post a Comment