Hal itu dikemukakan oleh Direktur Retailer Services Nielsen Indonesia Yongky Susilo dalam jumpa pers seusai Nielsen Marketing dan Media Presentation 2010 yang bertajuk ”Creating Demand Driven Strategies” di Jakarta, Kamis (9/12).
Yongky mengatakan, setelah tahun 2009, pertumbuhan ritel mengalami kontraksi akibat dampak krisis ekonomi global, pertumbuhan ritel sampai Oktober 2010 saja sudah 12 persen. Mudah-mudahan hingga akhir tahun 2010 pertumbuhan bisa dua digit, yakni 12 persen.
Hasil survei Nielsen menunjukkan, nilai transaksi pedagang ritel tahun 2009 mencapai Rp 108,069 triliun. Sementara per Oktober 2010, transaksi ritel sudah mencapai Rp 120,192 triliun.
Menurut Yongky, pertumbuhan ritel tahun 2011 bisa lebih tinggi karena pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan berada di atas 6 persen. Alasan lainnya, ada pemain ritel Indonesia yang tetap berekspansi. Merekalah salah satu pilar kunci pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Ditambah lagi, pendapatan per kapita Indonesia mencapai 3.000 dollar AS. Ini gelombang baru karena permintaan konsumsi akan semakin meningkat. Teknik penggarapan pasar menjadi faktor penentu karena cara permintaan konsumen sudah berubah dari sekadar memperoleh informasi dari media cetak, kini telah bercampur dengan informasi yang diperoleh melalui media online atau internet.
Survei Nielsen menunjukkan, sebagian besar masyarakat Indonesia menganggap berbelanja adalah hiburan. Karena itu, memahami teknologi akan turut mendorong revolusi konsumen dengan senantiasa membangun visi di sekitar kebutuhan konsumen yang berubah-ubah.
Teguh Yunanto, Direktur Eksekutif Retail Measurement Services Nielsen Indonesia, mengatakan, produsen kini harus berani tampil beda. Seiring dengan tantangan ekonomi, konsumen pun bereaksi atas inisiatif dari pengecer dan manufaktur yang berdampak pada pertumbuhan belanja konsumen.
No comments:
Post a Comment