Sunday, December 5, 2010

Ekspor Non Migas Indonesia Ke Jerman Meningkat Tajam

Kinerja perdagangan Indonesia dan Jerman kian positif. Ekspor nonmigas Indonesia tahun 2010 diprediksi meningkat 57 persen dibandingkan tahun 2009.

Dubes RI untuk Republik Federal Jerman Eddy Pratomo mengungkapkan hal itu lewat telepon dari Cancun, Meksiko, ke Berlin, Jerman, Sabtu (4/12). Eddy menjadi penasihat senior mendampingi delegasi RI di perundingan perubahan iklim.

Data Pusat Statistik Jerman per September 2010 menunjukkan, nilai perdagangan kedua negara 4,1 miliar euro (Rp 49,2 triliun) dengan surplus Indonesia 1,2 miliar euro (Rp 14,4 triliun). Produk nonmigas, seperti minyak kelapa sawit mentah (CPO), karet, produk karet, dan mebel, memberikan kontribusi terbesar dalam perdagangan kedua negara.

Indonesia setiap tahun mengekspor 3 juta ton CPO ke Eropa, terbanyak ke Belanda. Namun, ekspor CPO ke Jerman sangat potensial terkait konsistensi Jerman mengembangkan dan memanfaatkan energi terbarukan.

Guna meningkatkan kerja sama bisnis RI-Jerman, KBR di Berlin mengadakan pertemuan bisnis rutin setiap tiga bulan dengan mengundang pemerintah provinsi dan pengusaha lokal.

Ada pula German Indonesia Forum (GIF) yang dibentuk 1961 walau kurang aktif. ”Kami akan memanfaatkan momentum 60 tahun (hubungan Indonesia-Jerman) untuk mengaktifkan GIF. Selama ini tanggapan pengusaha Jerman baik. Bagi mereka, investasi ke Indonesia menarik sepanjang stabilitas politik dan ekonomi terjaga,” ujar Eddy.

Jerman, Perancis, dan Inggris negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di kawasan Eropa.

Masyarakat Jerman terkenal memiliki produktivitas dan standar hidup yang tinggi. Hal ini turut berperan meningkatkan nilai perdagangan Indonesia ke Jerman, terutama nonmigas.

Sekretaris III Fungsi Ekonomi KBRI di Berlin Ani Nigeriawati mengatakan, KBRI Berlin menjalankan program ”Koteka” untuk meningkatkan pangsa pasar kopi, teh, dan kakao di Jerman dan sekitarnya. ”Produk ekspor unggulan lain tekstil dan produk tekstil. KBRI Berlin mengajak 80 pengusaha Jerman ke Pameran Perdagangan Indonesia di Jakarta, Oktober, membuat transaksi dagang 13 juta dollar AS,” ujarnya.

Untuk ketenagakerjaan, menurut Eddy, yang bisa digarap adalah pasar kerja formal. Jerman membutuhkan pekerja formal dengan keahlian tinggi, terutama insinyur, ahli komputer, dan perawat. Setiap tahun dibutuhkan 1.000 perawat.

No comments:

Post a Comment