Tahun 2011, menurut Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad, 230 kapal, yang tersebar di sekitar Jawa, Sumatera, dan Sulawesi, akan direstrukturisasi.
”Kami menggunakan dana APBN dan soft loan (pinjaman lunak) dari Jerman. Tahun 2010 baru terlaksana 60 kapal dengan dana APBN-Perubahan,” ujar Fadel di Jakarta, Kamis (23/12), saat menghadiri pengukuhan profesor riset Ali Suman, Wudianto, dan Haryanti dari Kementerian Kelautan dan Perikanan,
Fadel menyatakan sulit untuk meningkatkan produksi ikan tangkap. Berbagai kendala harus dihadapi, antara lain, perubahan iklim, investasi yang besar, dan terbatasnya dana. Kenaikan produksi perikanan tangkap pada tahun 2010 hanya 0,4 persen.
Oleh karena itu, kata Fadel, perikanan budidaya yang akan digenjot agar produksinya naik 353 persen pada tahun 2014 dibandingkan tahun 2009. Pada tahun 2009, produksi perikanan budidaya 4,78 juta ton.
”Harus sungguh-sungguh mendorong produksi budidaya. Ketika saya sampaikan, ada komentar, apakah mungkin? Ternyata anggaran budidaya tahun 2011 mencapai Rp 1 triliun, maka kita optimistis produksi akan naik,” ujar Fadel.
Dalam orasi pengukuhannya sebagai profesor riset, Ali Suman mengemukakan, udang memegang peranan penting dalam ekspor perikanan Indonesia.
Nilai ekspor udang tahun 1981 sekitar 190 juta dollar AS. Volume ataupun nilai ekspor udang terus meningkat, tahun 1997 ekspor udang 97.280 ton dengan nilai 1,08 miliar dollar AS. Tahun 2008 sebesar 171.658 ton senilai 1,168 miliar dollar AS.
”Pemanfaatan sumber daya udang di Indonesia masih terpusat di perairan dangkal dengan tingkat pemanfaatan secara umum sudah jenuh,” katanya.
Menurut Fadel, profesor riset dapat memasok data untuk Kementerian Kelautan dan Perikanan guna kebutuhan budidaya perikanan. ”Ada dua hal penting dalam budidaya, yakni teknologi dan pemasaran,” kata Menteri Kelautan dan Perikanan
No comments:
Post a Comment