Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan itu pada Jumat (3/12) di Nusa Dua, Bali, di sela International Palm Oil Conference and 2011 Price Outlook. Konferensi diadakan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia dan bertujuan membangun citra lestari persawitan Indonesia.
Menurut Mari, masalah yang dihadapi industri kelapa sawit harus dihadapi bersama dengan membangun kepercayaan antarpara pemangku kepentingan untuk mencapai tujuan yang lebih baik. ”Jangan sampai justru saling menghancurkan,” katanya.
Setiap pemangku kepentingan, baik pengusaha, LSM, pemerintah, pembeli, maupun petani, memiliki persepsi atau cara pandang yang berbeda. Namun, jangan sampai perbedaan itu justru menghancurkan industri sawit yang telah ada.
Mari menyatakan, LSM lebih melihat sawit dari aspek lingkungan. Namun, pemerintah melihat dari aspek berkelanjutan serta manfaat terhadap sosial ekonomi, termasuk penyerapan tenaga kerja dan kontribusinya terhadap ekonomi nasional.
Bagi Indonesia, kontribusi sawit dalam penyerapan tenaga kerja besar, mencapai 3,5 juta orang. Bagaimana ini bisa ditingkatkan menjadi 10 juta. Sumbangan sawit terhadap PDB juga terus naik, dari 2,5 persen menjadi 3,3 persen.
Wakil Presiden Konsultan Industri Praktis pada Frost and Sullivan’s Chris de Lavigne mengatakan, harga produk sawit tahun 2011 masih akan naik. Peningkatan harga diperkirakan antara 60 dan 70 dollar AS per ton dari harga saat ini, 1.100 dollar AS.
Harga akan sangat dipengaruhi kondisi harga minyak mentah dunia. Dengan harga minyak mentah yang menembus 100 dollar AS per barrel, akan segera mengerek harga sawit dan juga harga minyak kedelai dunia.
Harga sawit akan naik pada Januari 2011 dan akan terus meningkat. Harga akan mulai menunjukkan penurunan pada kuartal II dan III tahun 2011.
”Sulit memprediksi harga, banyak perkiraan yang sifatnya analisis. Dengan memberikan prediksi, bakal memengaruhi spekulasi harga,” katanya.
No comments:
Post a Comment