”Kita sudah berusaha menyelesaikan, tetapi tidak bisa juga sampai batas waktunya karena ternyata menyatukan perusahaan terbuka dan badan usaha milik negara itu tidak sederhana,” ujar Komisaris Utama Medco Energi International Hilmi Panigoro di Jakarta, Rabu (1/12).
Pertamina dan Medco menandatangani kesepakatan utama terkait pembelian saham tersebut pada 15 November 2010. Sesuai kesepakatan, Pertamina akan membeli 55 persen saham Encore Energy.
Dengan pembelian itu, secara tidak langsung Pertamina akan memiliki 27,9 persen saham Medco Energi. Encore Energy yang dimiliki keluarga Panigoro merupakan pemegang saham mayoritas di Encore International.
Sebelumnya, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah menolak rencana akuisisi saham Medco oleh PT Pertamina.
Penolakan itu disampaikan tertulis oleh Komisi VI dan Komisi VII DPR dalam rapat dengar pendapat dengan direksi PT Pertamina Senin dan Selasa.
DPR beralasan pembelian Medco tidak menguntungkan PT Pertamina karena dari sisi produksi tidak berdampak signifikan dan harga beli Medco yang disebut-sebut mencapai 700 juta dollar AS (sekitar Rp 6,3 triliun) terlalu tinggi.
Dalam kesempatan rapat kerja itu, Direktur Utama PT Pertamina Karen Agustiawan mengemukakan, secara teknis sinergi kerja sama Pertamina dan Medco bisa dilakukan.
Kerja sama tersebut sesuai dengan target Pertamina bisa berproduksi 1 juta barrel per hari pada tahun 2015. Pihak Pertamina dalam pernyataan tertulisnya kemarin tidak menyebutkan alasan pembatalan kesepakatan.
Vice President Corporate Communication PT Pertamina Muhammad Harun mengatakan tidak bisa menanggapi kaitan keberatan DPR dengan pembatalan transaksi.
Sinergi lain
Menurut Hilmi Panigoro, kedua belah pihak sebenarnya telah menyepakati harga pembelian saham. ”Kalau soal harga, tidak masalah, kita sudah sepakati itu, tetapi saya tidak bisa sebutkan nilainya,” ujarnya.
Meskipun transaksi di level induk perusahaan dibatalkan, Hilmi memastikan pihaknya akan terus menjajaki bentuk sinergi lain yang memungkinkan dengan PT Pertamina.
Bentuk kerja sama yang dijajaki adalah pengelolaan bersama atas aset-aset yang dimiliki. Medco memiliki sejumlah aset blok migas yang cukup potensial di luar negeri, antara lain Blok Area 47 di Libya dan blok-blok lain di Kamboja, Yaman, dan Amerika Serikat.
Di dalam negeri, sinergi Pertamina dan Medco telah dilakukan melalui proyek gas alam cair Donggi-Senoro di Sulawesi Tengah.
No comments:
Post a Comment