Thursday, December 2, 2010

Pasar Produk Sawit Semakin Terbuka Di Indonesia

Permintaan dunia terhadap minyak sawit mentah semakin bervariasi. Bila selama ini permintaan terhadap CPO masih sebatas sebagai komoditas, sejak dua tahun terakhir terjadi tren peralihan ke produk.

Hal itu diungkapkan Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi, Kamis (2/12) di Nusa Dua, Bali, pada acara International Palm Oil Conference and 2011 Price Outlook.

”Ini artinya kita sudah mulai beralih dari CPO sebagai komoditas menjadi produk. Apa yang pemerintah lakukan, kita ingin dorong supaya terjadi perkembangan dalam agroindustri hilir,” katanya. Sejak dua tahun lalu, ada peningkatan permintaan produk CPO 7-11 persen.

Ada tiga bidang variasi produk. Pertama, minyak goreng yang makin bervariasi. China tidak hanya menggunakan minyak goreng sebagai produk tunggal, tetapi dikombinasi sesuai permintaan pasar. Ada minyak goreng tahan suhu dingin dan juga tinggi kandungan protein.

Kedua, biofuel yang juga menjadi salah satu variasi produk. Ketiga, oleochemical, lebih dari 150 produk dikembangkan dari CPO. Masing-masing berkarakter beda.

Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan, hilirisasi industri sawit didorong dengan insentif pemerintah. Tentu saja tak harus dalam bentuk kebijakan fiskal, tetapi bisa dengan pembangunan infrastruktur.

Hatta mengatakan, Indonesia akan terus mengembangkan industri kelapa sawit, terutama industri hilir. Dari total 133 juta hektar lahan yang potensial di Indonesia, baru 7,3 juta hektar atau hanya 5,5 persen lahan yang baru ditanami kelapa sawit.

Dari produksi sawit saat ini 20 juta ton CPO, sekitar 60 persen diekspor, sisanya untuk domestik. Industri kelapa sawit merupakan agen pertumbuhan ekonomi nasional dengan nilai ekspor 10 miliar dollar AS dan sumber penyerapan lapangan kerja.

Sekretaris Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia Joko Supriyono mengatakan, ketidakpastian tata ruang di sektor sawit menghambat tata ruang pengembangan industri sawit. Investor banyak menunggu untuk berinvestasi karena ketidakpastian tata ruang.

Tahun ini seharusnya ada 500.000 hektar lahan sawit yang dibuka, tetapi yang direalisasikan baru 200.000 hektar. Ada 900.000 hektar yang masih bermasalah, terutama tata ruang. Peningkatan produksi akan terganggu.

Terus berupaya

Executive Vice President Corporate Banking Agro Based PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Rafjon Yahya mengatakan, pihaknya terus berupaya meningkatkan pembiayaan industri hilir kelapa sawit. Namun, hingga saat ini, belum banyak pengusaha yang tertarik mengembangkan usaha di sektor hilir.

Yahya menyatakan, dalam menjalankan usahanya, pengusaha sangat jeli. Mereka melihat potensi margin jauh lebih menguntungkan bila masuk ke perkebunan, mencapai 10 persen. Margin untuk industri hilir 2-5. Karena itu, dari Rp 2 triliun alokasi dana kredit, baru terserap Rp 1,8 triliun hingga Oktober 2010.

Menteri Perindustrian MS Hidayat di Bandung, Jawa Barat, menegaskan, pemerintah akan menerapkan program hilirisasi untuk tiga bidang agrikultur, yakni kelapa sawit, cokelat, dan karet. Hilirisasi akan dilanjutkan ke batu bara dan petrokimia.

MS Hidayat menambahkan, langkah itu bertujuan menghasilkan beberapa produk hilir disertai pembangunan pabrik-pabrik.

No comments:

Post a Comment