Thursday, December 23, 2010

Impor Beras Dipertahankan Agar Beras Tetap Murah Meskipun Petani Harus Jadi Korban

Meskipun mendapat kritikan, pemerintah tetap akan mempertahankan kebijakan impor beras. Hal itu dilakukan untuk menekan harga dan mempertahankan stabilitas di pasar domestik. Langkah ini baru distop saat pasokan beras kembali normal dan harga stabil.

Demikian dikatakan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa di sela kunjungan ke Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) di Jakarta, Kamis (23/12).

Dia mendampingi Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Menteri Pertanian Suswono, dan Menteri Badan Usaha Milik Negara Mustafa Abubakar.

Hatta Rajasa mengatakan, pihaknya akan terus mengimpor sampai harga beras stabil di bawah Rp 7.000 per kilogram. Bahkan, impor beras yang rencananya berlangsung sampai Januari 2011, akan terus berlanjut sampai pasokan domestik lancar.

”Kami akan membuktikan operasi pasar efektif menekan harga beras di bawah Rp 7.000 per kilogram,” kata Hatta.

Pemerintah mengimpor 250.000 ton beras dari Vietnam untuk memenuhi kebutuhan nasional. Saat ini impor beras menjadi salah satu langkah pemerintah dalam mengendalikan harga beras di dalam negeri.

Beberapa pedagang mengaku merasa terbantu dengan adanya operasi pasar beras karena harga turun sekitar Rp 400 per kilogram dari Rp 7.000 per kilogram.

Namun, para pedagang juga mengakui bahwa kualitas beras impor Vietnam masih di bawah beras lokal. Kualitas beras lokal tidak mengeras setelah dimasak. Sedangkan beras impor ini mengeras meskipun sudah matang menjadi nasi.

Karena itu, para pedagang merasa takut adanya praktik pengoplosan beras. Beras Vietnam dan beras lokal hampir mirip, terutama yang kualitas broken 15 persen, butirannya tidak terlalu panjang-panjang.

”Kami minta tolong agar Bapak bisa memantau pengoplosan ini. Ya, sampai hari ini, kami belum mendapati beras oplosan itu,” kata Ayong, pedagang beras di Pasar Cipinang, kepada Menko Perekonomian.

Persoalan produksi

Ayong juga mengatakan, pihaknya masih menjual beras kualitas bagus dengan harga lebih dari Rp 7.500 per kg. Hanya saja beras ini hanya dikonsumsi kalangan tertentu, tetapi tidak memengaruhi harga beras lainnya. Ia pun tidak memiliki stok lebih dari 40 ton.

Dalam kesempatan tersebut, Suswono menjelaskan, gangguan pasokan beras terjadi akibat persoalan produksi yang dipicu perubahan iklim. Dia optimistis harga beras akan kembali stabil setelah panen pada tahun 2011.

Kenaikan harga beras yang tinggi di Pulau Jawa juga dipicu ongkos distribusi yang mahal. Adapun untuk di luar Pulau Jawa, cuaca juga cukup mengganggu pengiriman beras antarpulau sehingga memicu biaya distribusi menjadi tinggi.

Walaupun demikian, Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso menjamin stok beras di seluruh Indonesia mencukupi kebutuhan. Bulog juga terus memantau pasokan beras.

Dari PIBC, rombongan meninjau Pasar Jatinegara di Jakarta Timur. Sejumlah pembeli dan pedagang sempat mengeluhkan kenaikan harga kebutuhan pokok sebulan terakhir kepada para menteri.

Misalnya, harga cabai merah masih Rp 50.000 per kilogram, sementara harga cabai lainnya di bawah Rp 40.000 per kilogram. Masyarakat meminta pemerintah berbuat sesuatu untuk menekan kenaikan harga tersebut. Harga minyak goreng curah juga tinggi, Rp 12.000 per liter.

No comments:

Post a Comment